Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian Republik Indonesia mengatakan satu orang terduga teroris tewas saat baku tembak terjadi Poso, Jumat (15/1). Untuk memastikan siapa terduga yang tewas tersebut Polri meminta waktu lebih lama untuk melakukan identifikasi.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Anton Charliyan mengungkapkan pengecekan secara primer harus dilakukan lantaran identitas orang tersebut tak terdaftar di pendataan penduduk.
"Kami belum bisa memastikan identitasnya karena harus cek primer, mulai dari sidik jari hingga DNA. Tim forensik meminta waktu tujuh hari untuk identifikasi," kata Anton saat menggelar konferensi pers di Mabes Polri, Ahad (17/1).
Namun muncul kabar yang menyatakan bahwa teroris yang tewas tertembak tersebut adalah sang pimpinan, yaitu Santoso. Hanya saja Anton menegaskan hingga kini belum bisa dipastikan apa benar orang itu Santoso atau bukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Anton medan pertempuran yang sulit membuat proses identifikasi akan memakan waktu lama. Maka dari itulah tim forensik meminta waktu hingg tujuh hari untuk melakukan identifikasi.
"Untuk mengangkut jenazahnya saja butuh empat hari, ditambah lagi mereka tak memiliki kartu identitas yang membuat kami harus melakukan identifikasi primer," katanya.
Menurut Anton lantaran tidak memiliki identitas jenazah tersebut tidak bisa diperiksa melalui sidik jadi saja. Oleh karena itu pihaknya juga melakukan pemeriksaan melalui tes DNA.
Sebelumnya Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menyatakan ada satu diduga anggota kelompok teroris Santoso tewas ditembak mati dalam operasi Tinombala di Poso, Sulawesi Tengah, Jumat (15/1). Operasi Tinombala adalah operasi pengganti Operasi Camar Maleo.
"Kemarin terjadi kontak tembak di Poso dan satu orang anggotanya meninggal. Nah itu terus kami lakukan pengejaran, kami tambah kekuatan untuk bisa menekan kelompok tersebut," ujar Badrodin usai melakukan rapat koordinasi di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu (16/1).
Badrodin tidak bisa menyampaikan identitas orang tewas yang diduga anggota Santoso tersebut. Karena ketika diidentifikasi, orang tersebut tidak memiliki tanda pengenal sama sekali.
"Tentu pada umumnya mereka kan tidak membawa identitas. Ini memerlukan waktu untuk menemukan identitasnya,” ujar Badrodin.
(bag)