Jakarta, CNN Indonesia -- Polda Metro Jaya masih terus mengusut kasus kematian Wayan Mirna Salihin, perempuan 27 tahun yang tewas usai menyesap kopi di Restoran Olivier, Grand Indonesia Shopping Town. Informasi yang beredar di media sosial terkait Mirna tak luput dari penyelidikan polisi.
Salah satu pengusutan juga menyasar potongan gambar percakapan tertulis yang terjadi antara orang bernama “Mirna Salihin” dengan teman-temannya dalam satu grup aplikasi pesan.
Dalam percakapan itu, orang yang tertulis bernama “Jessica Kumala Wongso” sempat bertanya kepada kawan-kawannya pada 2 Januari 2016 pukul 13.57 apakah ada dokter umum di Grand Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertanyaan “Jessica” itu kemudian dibalas oleh orang yang tertulis bernama “Mirna Salihin” dengan jawaban tidak tahu.
“(Potongan percakapan) itu sedang kami selidiki,” kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Mohammad Iqbal kepada CNNIndonesia.com, Kamis (21/1). (Simak terus Fokus:
SIAPA TERSANGKA KASUS MIRNA?)
Berikut potongan percakapan antara orang yang tertulis bernama “Jessica Kumala Wongso” dan “Mirna Salihin” di grup aplikasi pesan ponsel.
1/2/16, 1:57:09 PM: Jessica Kumala Wongso: Girls di GI ada dokter umum ga?
1/2/16, 2:05:47 PM: Mirna Salihin: Not that i know of
1/2/16, 2:12:49 PM: Mirna Salihin: Mau ke dokter apa Jes emgnya?
1/2/16, 2:18:07 PM: Jessica Kumala Wongso: Oh ok :) mau minta prescription vitamin D. Yg over the counter ga bagus. Di Sydney pake resep dokter
1/2/16, 3:25:24 PM: Mirna Salihin: Kalo tau mereknya bs dicari sih i think
Menurut Iqbal, Polda Metro Jaya akan menginformasikan perkembangan penyelidikan kasus kematian Mirna siang ini. “Hari ini akan kami
update,” kata dia.
Grup WhatsAppYudi Wibowo Sukinto, pengacara Jessica Kumala Wongso –salah satu sahabat Mirna yang menjadi saksi dalam kasus ini– mengatakan Mirna dan kawan-kawannya yang merupakan alumni Billy Blue College of Design, Sydney, Australia, membuat grup di aplikasi WhatsApp untuk mempermudah komunikasi mereka.
“Sejak Mirna meninggal, Jessica keluar (dari grup komunikasi WhatsApp). Dia trauma,” kata Yudi seperti dilansir Detikcom.
Menurut Yudi, grup WhatsApp itu dibuat oleh Mirna. Percakapan di grup itu, ujar Yudi, telah ditranskrip oleh polisi. Demikian pula percakapan tertulis di ponsel Jessica. Semua itu dijadikan alat bukti.
“(Percakapan di grup WhatsApp) itu sudah disita polisi jadi barang bukti,” ujar Yudi.
Yudi mengatakan, polisi sudah mengonfirmasi semua tulisan Jessica dalam grup WhatsApp itu. “Dikonfirmasi satu-satu oleh poliis. Semua benar, tidak ada yang disembunyikan.”
Jessica dan Mirna merupakan teman sekampus di Billy Blue College of Design, Sydney, Australia. Jessica lulusan desain grafis dari kampus itu.
Jessica tinggal di Australia sejak 2008 dan selama itu jarang pulang ke Indonesia, sebab orang tuanya pun menetap di Australia dari tahun 2005.
Jessica, kata Yudi, baru pulang ke Indonesia pada 5 Desember 2015 untuk mencari pekerjaan. Saat Jessica sudah di Indonesia itulah dia, Mirna, dan teman-teman mereka membuat janji temu.
Pertemuan pertama Jesssica dan Mirna di Indonesia, ujar Yudi, berlangsung 12 Desember 2015. Saat itu Mirna datang bersama suaminya. Mereka bertiga bertemu di sebuah restoran.
Pertemuan pertama itu berlanjut dengan pertemuan kedua yang berlangsung di Restoran Olivier, Grand Indonesia. Semula mereka akan bertemu berempat, bersama kawan-kawan mereka. Namun salah satu tidak bisa datang karena masih bekerja.
Pertemuan di Olivier itu akhirnya dihadiri Jessica, Mirna, dan Hani. Olivier, menurut Yudi, merupakan tempat yang ditentukan oleh Mirna, bukan Jessica.
“Katanya Mirna biasa nongkrong di situ. Jessica enggak tahu tempat-tempat di Indonesia,” ujar Yudi.
Pertemuan terakhirDi Olivier, Jessica tiba lebih dulu dibanding Mirna dan Hani. Ia tiba diantar sang ayah dua jam sebelum waktu yang disepakati untuk berjumpa.
Jessica lalu memesankan minuman es kopi vietnam untuk Mirna sesuai permintaan Mirna, dan cocktail serta fashioned fazerac untuk dia dan Hani.
Namun es kopi vietnam itu ternyata menewaskan Mirna. Hasil uji laboratorium forensik Mabes Polri menunjukkan kopi itu positif dibubuhi racun sianida sebanyak tiga gram. Jumlah itu cukup untuk membunuh lima orang.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Anton Charliyan mengatakan Jessica adalah saksi spesial dalam kasus kematian Mirna. Meski demikian, Polda Metro Jaya meminta publik tak salah tafsir atas pemeriksaan intensif mereka terhadap Jessica, termasuk penggeledahan di rumah Jessica.
“Penyidik memeriksa dia karena keterangannya diperlukan untuk melengkapi alat bukti. Intinya untuk membuat terang-benderang perkara," kata Iqbal.
Iqbal mengatakan pemeriksaan ulang tidak hanya dilakukan terhadap Jessica, tapi semua pihak yang keterangannya dianggap mampu membantu proses penyelidikan.
Jessica menyatakan tak bersalah dalam kasus Mirna. Menurut Jessica, dia siap membantu polisi mengungkap kematian sahabatnya.
“Saya tidak ada hubungannya dengan ini (kematian Mirna). Saya sedih teman saya meninggal,” kata Jessica usai diperiksa di Polda Metro Jaya semalam.
(agk)