Jakarta, CNN Indonesia -- Aksi protes keluarga korban pelanggaran hak asasi terhadap pemerintah yang biasa disebut Aksi Kamisan kembali berlangsung di depan Istana Negara, Jakarta. Demonstrasi mingguan yang identik dengan payung hitam tersebut genap berusia sembilan tahun, Kamis (21/1).
Tidak terlihat ada hal yang berbeda pada aksi damai tersebut. Para peserta demonstrasi itu masih kompak mengenakan pakaian serba hitam.
Namun, dari tahun ke tahun, selalu muncul peserta demonstrasi baru. Kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa dari sejumlah kampus di Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maria Catarina Sumarsih, ibu dari korban Peristiwa Semanggi I bernama Bernadinus Norma Irawan, masih rutin menghadiri aksi yang digagasnya itu. Suciwati, istri aktivis HAM, Munir, juga tampak hadir pada peringatan sembilan tahun Aksi Kamisan.
Meskipun tahun lalu Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama telah mengeluarkan peraturan tentang lokasi-lokasi terlarang untuk tempat unjuk rasa, Aksi Kamisan tetap berlangsung di depan Istana.
CNN Indonesia melihat para peserta demonstrasi itu memberikan beberapa tangkai bunga mawar putih kepada sejumlah aparat kepolisian yang mengawal unjuk rasa mereka.
"Bunga-bunga ini kami berikan dengan harapan bisa meredam kemarahan polisi. Agar mereka mengerti tujuan kami menggelar Aksi Kamisan," ujar Wara Aninditari, salah satu peserta Kamisan.
Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS), Haris Azhar, yang juga hadir pada demonstrasi itu berkata, pemerintah seharusnya memberikan simpati dan penghargaan kepada Aksi Kamisan.
Menurutnya, Aksi Kamisan telah menjadi institusi korban-korban pelanggaran HAM. Tidak hanya menunut keadilan atas peristiwa jelang, selama dan setelah reformasi, menurut Haris, Aksi Kamisan juga menyuarakan ketidakadilan-ketidakadilan lainnya.
"Inilah tempat korban mengharapkan keadilan. Pada tahun kesepuluh nanti, pemerintah seharusnya membuat monumen di sini. Pemerintah harus suportif terhadap perjuangan ini," ucapnya.
(bag)