Jakarta, CNN Indonesia -- Politikus senior Indonesia Amien Rais menceritakan awal kisah percintaannya dengan sang istri, Kusnariyati Sri Rahayu. Pria kelahiran Solo, Jawa Tengah, 26 April 1944, itu mengungkapkan sulitnya mendapatkan keturunan setelah menikah.
Di ruang tamu kediamannya, kepada wartawan CNNIndonesia.com Christie Stefanie dan Basuki Rahmat, Amien Rais berbagi kisah kehidupannya, harapannya memiliki anak yang aktif di perpolitikan, dan kegiatan sehari-harinya di luar panggung politik.
Cerita awal mula kisah percintaan dengan istri?
Rumah orang tua saya dan rumah istri saya itu kira-kira jaraknya 60 meter. Sama-sama di Muhammadiyah, kami selesai enam tahun. Jadi mungkin karena dia sering mengaji di rumah saya, saya dengan kakak-kakanya juga akrab jadi mungkin muncul tunas-tunas itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah saya sudah di Gadjah Mada, kenal dengan banyak orang, dia juga sekolah. Mungkin kata orang itu cinta pertama yang paling berkesan ya. Jadi kembali. Kemudian, saya ke Amerika, tahun 1972-1974 istri saya tidak ikut. Tapi kemudian belajar bahasa Inggris, belajar mengetik. Sehingga tahun 1975 saya ke Amerika dengan istri saya. Masih belum punya anak. Kemudian di sana kami ke Ginekolog belum berhasil (punya anak).
Waktu di Solo, setelah setahun menikah juga belum punya keturunan. Ke Yogyakarta juga belum berhasil. Ke Chicago ganti ginekolog juga belum berhasil. Kami dari Chicago ke Kairo buat disertasi saya, tapi menyempatkan haji ke Tanah Suci. Di situ, saya dan istri berdoa pakai bahasa Jawa, memohon kepada Allah untuk diberikan keturunan bahkan istri saya diberi titipan doa.
Sebaliknya dari haji, istri saya hamil. Nah, semenjak itu setiap dua tahun sekali saya mempunyai anak. Ada yang mengatakan ini sudah lima loh. Bagaimana menghentikannya? Kembali lagi ke Mekkah minta dihentikan, itu kelakarnya. Hahaha...
Dan anak saya Alhamdulillah tidak ada yang suka kemewahan, baju, dan sepatu mahal.
Amien Rais menikah dengan Kusnasriyati Sri Rahayu pada 1969. Dari pernikahannya, Amien dikaruniai lima orang anak, yaitu Ahmad Hanafi Rais (1979), Hanum Salsabiela Rais (1982), Ahmad Mumtaz Rais (1983), Tasniem Fauzia Rais, dan Ahmad Baihaqy Rais.Dari dulu apakah memang punya keinginan salah satu anaknya menjadi politikus? Apa memang Hanafi saja?Iya. Ini Hanafi ini ikut Pileg kemudian dipilih dari 198 ribu. Kemudian dia terlatihnya karena suka baca. Menurut saya sebagai bapaknya, dia kalem, suka menolong orang, mendengarkan, dan ikhlas.
Sekarang tampaknya di Komisi I (DPR) dia juga sudah mengembangkan bakatnya itu. Saya bahkan dengar," Pak Amien enggak usah khawatir akan kematian obor, sudah ada yang melanjutkan.”
Mudah-mudahan Hanafi ini, tapi lebih bagus lagi kalau bisa.
Hanafi Rais memulai langkah politiknya melalui partai yang didirikan ayahnya, Partai Amanat Nasional. Tahun 2011, Hanafi mencalonkan diri sebagai Wali Kota Yogyakarta dengan menggandeng Tri Harjun Ismaji sebagai wakilnya. Namun, pasangan ini kalah dengan Haryadi Suyuti-Imam Priyono. Pada Pileg 2014, Hanafi mencalonkan diri dengan dapil Daerah Istimewa Yogyakarta. Lolos, kini Hanafi menjadi Wakil Ketua Fraksi PAN dan Komisi Pertahanan DPR. Hanafi Rais, putra Amien Rais, kini menjabat Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR RI. (CNN Indonesia/Arie Riswandy) |
Apa saja yang dilakukan kalau weekend atau senggang? Kumpul sama anak cucu?Weekend saya bisa ke Solo atau ke mana-mana. Anak dan cucu sudah kesana kemana kemari.
Apa kebiasaan sehari-hari? Kegiatan yang pasti akan selalu dilakukan setiap hari?Saya setiap subuh jadi imam di masjid. Kalau di rumah, ya masjid depan rumah. Kemudian punya jadwal khotbah di Masjid Keraton Yogyakarta dan di kampus.
Di samping khotbah Jumat. Masih hadir di berbagai pengajian Muhammadiyah sampai ke Jawa Timur, Solo, Jawa Tengah, DIY, dan lain-lain.
Hiburan saya baca Al Quran, dan
browsing internet setiap malam sehingga banyak yang mengatakan Pak Amien jangan berhenti menulis. Cara Pak Amien berkomunikasi dengan masyarakat adalah melalui menulis. Insya Allah nanti beberapa waktu ke depan saya akan menulis. Iya buku.
Bukunya akan tentang apa?
Kepentingan bangsa.
Kesibukan di dunia politik?
Saya kalau politik hanya di pinggir saja, hanya Dewan Kehormatan DPP PAN. Jadi kadang dua bulan sekali baru ke sini (Jakarta) tanya perkembangan, selebihnya saya di Yogyakarta.
(obs/obs)