Simpatisan ISIS Ungkap Peran Sentral Abu Jandal

Prima Gumilang | CNN Indonesia
Rabu, 27 Jan 2016 07:28 WIB
Terdakwa Himi Muhammad Al Amudi mengatakan, Abu Jandal mengkoordinir pemberangkatan WNI ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.
Ilustrasi ISIS. (CNN Indonesia/Laudy Gracivia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hilmi Muhammad al-Amudi alias Abu Rayyan awalnya tidak terpikir untuk pergi ke Suriah. Dia hanya membantu membeli tiket pesawat untuk tujuh belas orang yang akan bergabung dengan milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Hilmi diperintah Salim Mubarak at-Tamimi alias Abu Jandal, rekannya satu kampung di Malang, Jawa Timur.

"Ketika itu saya belikan tiket atas perintah Abu Jandal. Uangnya dari Abu Jandal," kata Hilmi di depan hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Selasa (26/1).

Hilmi diberi tugas membeli tiket pesawat karena Abu Jandal tahu kalau dirinya punya pengalaman ke luar negeri. Hilmi memilih paket promosi agar biayanya lebih murah. Harganya sekitar Rp8 juta untuk perjalanan pergi-pulang.

Uang pembelian tiket itu disetorkan Abu Jandal kepada Hilmi secara bertahap. Abu Jandal memperoleh uang tiket dari hasil urunan. Mereka yang ingin berangkat ikut iuran ke Abu Jandal. Jumlahnya beragam, disesuaikan kemampuan masing-masing.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang mampu bayar Rp20 juta. (Uangnya) Disetor ke Abu Jandal. Ada juga yang ke saya, ke rekening BCA," kata Hilmi.

Abu Jandal sendiri menyetor uang kepada Hilmi untuk biaya pemberangkatan bersama anaknya sebesar Rp30 juta. Sementara biaya pemberangkatan terdakwa Ahmad Junaidi yang ikut ditahan bersama Hilmi, sepenuhnya ditanggung Abu Jandal.

Begitu uangnya terkumpul, Hilmi membelikan tiket 17 orang. Ternyata uang yang tersisa masih banyak. Dari sisa uang itu, Abu Jandal menawari Hilmi berangkat ke Suriah. Hilmi tidak menolak. Dia pergi diongkosi dari uang sisa pembelian tiket.

"Awalnya saya tidak punya tujuan. Sisa pembelian tiket sekitar Rp100 juta, untuk saya berangkat dan juga untuk kepentingan pondok," kata Hilmi, pengasuh pondok pesantren Al-Mukmin, Malang. "Saya kepentingannya hanya jalan-jalan."

Sebanyak 18 orang, termasuk Hilmi dan Abu Jandal, berangkat ke Suriah ketika itu. Anak Abu Jandal juga ikut berangkat bareng rombongannya. Saat itu 23 Maret 2014.

Itu adalah keberangkatan Abu Jandal yang kedua kalinya. Sebelumnya pada 2013, dia pergi ke Suriah bersama terdakwa Abdul Hakim. "Abu Jandal pulang mencari tenaga baru," kata Hilmi.

Hilmi menjelaskan rute yang mereka lalui. Mereka bertolak dari Surabaya ke Jakarta. Dari Jakarta mereka terbang ke Turki, transit di Malaysia. Di negeri jiran, mereka sempat bermalam selama dua hari. Dari situ rombongan langsung terbang ke Turki, negara yang berbatasan dengan Suriah.

Hakim Ketua Mochamad Arifin menanyakan siapa koordinator pemberangkatan 18 orang ke Suriah. Hilmi menjawab tegas, Abu Jandal. "Murni Abu Jandal," katanya. "Saya pikir semuanya itu motivasinya dari Abu Jandal."

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menyebut tiga warga negara Indonesia yang memiliki peranan penting di Suriah. Mereka menjalankan tugasnya masing-masing sesuai keahliannya.

"Di Suriah, ada tiga orang Indonesia yang punya peranan penting," kata Badrodin saat konferensi pers di Ruang Rupatama, Mabes Polri, Jakarta, akhir pekan lalu.

Selain Bahrumsyah dan Bahrun Naim, nama Abu Jandal masuk dalam tiga orang berpengaruh di Suriah. Abu Jandal sempat mengancam TNI dan Polri lewat video yang diunggah ke situs YouTube akhir tahun 2014. Dalam video itu, dia menantang Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Densus 88, dan Banser GP Ansor. (sur)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER