Jakarta, CNN Indonesia -- Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan siap membantu apabila diminta aparat penegak hukum mengusut aliran uang terpidana mati gembong narkotik Freddy Budiman. Sampai saat ini PPATK belum menerima permintaan bantuan penyelidikan.
“Soal ini (dugaan aliran uang untuk terorisme), belum ada permintaan dari Polri. Kalau diminta, pasti siap," kata Wakil Ketua PPATK Agus Santoso kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (23/1).
Duit Freddy dikhawatirkan mengalir untuk tindak kejahatan menyusul informasi bahwa sang bandar narkotik kini bergabung dengan Negara Islam dan Suriah (ISIS).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sumber CNNIndonesia.com menyebut Freddy telah dibaiat basuk ISIS sejak tahun lalu.
“Ini pola narkoterorisme. Para teroris dibiayai duit narkotik,” kata Agus Santoso, menanggapi informasi tersebut.
Pola demikian, menurut Agus, pernah terjadi di Indonesia sebelumnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun CNNIndonesia.com, seorang napi teroris Fadli Sadama diduga menggunakan duit hasil bisnis narkotiknya untuk kabur dari penjara.
Fadli pernah berguru pada teroris Bom Bali pada tahun 2002, Imam Samudra. Fadli juga terbukti melakukan teror dan merampok Bank CIMB Medan pada 2010.
Saat ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta, Medan, Sumatra Utara, ia sempat kabur ke Malaysia. Dalam proses pelariannya itu Fadli berbisnis narkotika.
Pengamat terorisme Sidney Jones mengatakan ada hubungan timbal balik yang menguntungkan antara narapidana terorisme dan napi narkotik, termasuk soal perlindungan di penjara.
Menurut Sidney, napi teroris memiliki status cukup tinggi dalam penjara lantaran berani mati, sehingga status tinggi ini dianggap bisa melindungi napi lain.
(agk)