Jakarta, CNN Indonesia -- Majelis Ulama Indonesia mengimbau para mantan anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) agar bisa berbaur kembali dengan masyarakat di kampung halaman mereka.
Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam Sholeh meminta para eks Gafatar tidak lagi berkelompok dan menutup diri pascapemulangan mereka dari Kalimantan.
"Kami harapkan mereka mau membuka diri dan dapat bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Jangan mengeksklusifkan diri. Ini penting agar mereka bisa kembali menjalani kehidupan normal," kata Niam kepada CNN Indonesia, Rabu (27/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, ujar Niam, masyarakat juga harus mau merangkul dan mengajak eks Gafatar terlibat dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Kebersamaan di lingkungan masyarakat sangat dibutuhkan demi mengangkat kembali kepercayaan diri para mantan pengikut Gafatar di tengah warga.
Perhatian warga dalam aspek sosial kemasyarakatan, kata Niam, merupakan cara lain untuk membimbing eks Gafatar agar tidak kembali menganut kepercayaan yang dianggap keliru oleh MUI.
"Aspek keyakinan keagamaan mereka perlu mendapat perhatian. Mempelajari agama tentu harus dengan yang ahli agar tidak lagi menyimpang," ujar Niam.
Pemerintah secara berangsur-angsur telah memulangkan eks Gafatar dari Kalimantan Barat ke kampung halamannya masing-masing. Untuk pemulangan hari ini tercatat ada 712 warga eks Gafatar yang tiba di Jakarta menggunakan KRI Teluk Banten 516 dari Pelabuhan Dwikora, Pontianak. Mereka merapat ke dermaga Komando Lintas Laut Militer di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Pemerintah sendiri telah mengimbau masyarakat untuk tidak memusuhi eks Gafatar yang pulang ke kampung halaman. Alih-alih mengucilkan, pemerintah meminta warga merangkul eks Gafatar agar bisa kembali menjalani kehidupan normal.
Berdasarkan data yang dimiliki Kementerian Dalam Negeri, eks Gafatar yang berada di pengungsian Pontianak, Kalimantan Barat jumlahnya mencapai 1.611 jiwa. Mereka semua telah didata untuk dipulangkan ke kampung asalnya.
Total 1.611 eks Gafatar itu berasal dari Jawa Timur (712 jiwa), Jawa Tengah (145), Daerah Istimewa Yogyakarta (276), Jawa Barat (297), DKI Jakarta (90), Banten (4), Medan (13), Riau (99), Aceh (2), Sumatera Barat (4), Lampung (4), dan Kepulauan Riau (8).
(gil/agk)