Eks Ketua Gafatar: Kami Bukan Teroris, Kenapa Dimusuhi?

Yohannie Linggasari | CNN Indonesia
Rabu, 27 Jan 2016 10:22 WIB
Gafatar telah resmi bubar sejak 13 Agustus 2015, namun program kedaulatan pangan tetap dijalankan eks anggotanya di Kalimantan. Gafatar merasa disudutkan.
Mantan Ketua Umum Gafatar, Mahful M. Tumanurung, menjelaskan berbagai hal terkait organisasi yang pernah ia pimpin. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Ketua Umum Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) Mahful M. Tumanurung menyatakan heran dengan banyaknya tuduhan yang ditujukan terhadap organisasinya. Ia mengklaim organisasi pimpinannya bergerak di bidang organisasi kemasyarakatan, bukan organisasi keagamaan.

"Apakah selama ini aksi sosial kemasyarakatan kami buruk? Kami punya nilai-nilai kebenaran Tuhan Semesta Alam. Kami bukan teroris juga bukan pengedar narkotik. Namun mengapa kami dimusuhi?" kata Mahful di Jakarta.

Ia pun heran dengan gencarnya pemberitaan belakangan ini terkait aktivitas Gafatar yang dituding menjurus ke arah aliran sesat. Mahful mengatakan, Gafatar resmi membubarkan diri sejak 13 Agustus 2015.
Mahful menjelaskan, Kongres Luar Biasa Gafatar tertanggal 13 Agustus 2015 itu telah memutuskan dua hal. Pertama, Gafatar dibubarkan secara sukarela lantaran munculnya berbagai tudingan, baik sosial dan agama.

Kedua, meski dibubarkan, program kedaulatan pangan tetap dijalankan oleh eks anggota Gafatar. Demi menjalankan program ini, Kalimantan dipilih sebagai tempat uji coba karena dinilai strategis untuk lahan pertanian.
Menurut Mahful, saat itu jumlah anggota Gafatar mencapai sekitar 50 ribu. Sementara jumlah simpatisan Gafatar jauh lebih banyak. Dewan Pimpinan Daerah Gafatar pun, kata Mahful, tersebar di 34 provinsi, dari Sabang sampai Merauke.

"Semenjak bubar, anggota Gafatar terpencar. Beberapa ada yang memilih tetap menjalankan program kedaulatan pangan secara sukarela, dan ada juga yang memilih kembali ke pekerjaan lama," kata Mahful.

Mahful mengklaim aktivitas keagamaan pengikut Gafatar juga telah terhenti semenjak organisasi yang berdiri sejak 14 Agustus 2011 itu dibubarkan.

Kendati demikian, Mahful mengatakan Dewan Pimpinan Daerah Gafatar masih memonitor eks anggotanya agar tidak membuat onar.

"Kami mau pastikan mereka tidak lagi jadi sampah masyarakat serta tidak melakukan penyimpangan hukum maupun adat. Kami juga imbau mereka agar tidak terpancing terlibat dalam konflik," kata Mahful.

Dalam menjalankan programnya dulu, Mahful mengatakan organisasinya tidak pernah mengandalkan dana pemerintah. Alih-alih meminta bantuan pemerintah, para anggota Gafatar mengumpulkan dana sendiri yang disebut koin nusantara.

"Lalu ada pula dana kesejahteraan untuk membantu warga kami yang ekonominya terbatas. Kami tidak melanggar hukum serta tidak berdakwah, melainkan murni hanya bertani," katanya.
Mahful pun heran dengan pernyataan Majelis Ulama Indonesia yang cenderung menyatakan bahwa pihaknya sesat. Ia mengklaim telah berkirim surat kepada MUI pada 2015 untuk audiensi, namun tidak mendapat tanggapan.

"Kami juga selalu terbuka. Sekretariat kami jelas ada papan namanya, dan kami punya legal standing dan akta pendirian. MUI kan ormas juga, mengapa menyatakan ormas lain sesat? Hanya karena kami tidak mainstream, kami dinistakan," kata Mahful. (agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER