Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Marwan Jafar menegaskan, eks anggota organisasi kemasyarakatan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) memastikan diri untuk menganut ideologi Pancasila sebelum ikut serta dalam program transmigrasi.
"Yang penting bagi saya adalah soal NKRI dan Pancasila harus
clear. Kalau NKRI dan Pancasila tidak
clear, tidak akan saya berangkatkan," ujar Marwan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (28/1).
Marwan mengatakan, "Ideologi harus
clear dulu. Pokoknya betul-betul dia harus mencium Merah Putih, cinta NKRI dan menghormati Pancasila. Harus itu."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Marwan menjelaskan, saat ini Kementerian Agama dan Kementerian Sosial tengah membina para eks anggota Gafatar itu dari segi kehidupan keagamaan dan sosial. Dengan demikian, kementeriannya akan membiarkan proses pembinaan tersebut berlangsung hingga selesai terlebih dahulu.
"Karena pada dasarnya yang mereka lakukan itu membuat negara dalam negara. Itu kan enggak boleh. Mereka punya struktur negara tersendiri. Ada Presiden, bahkan ada menteri-menteri, bahkan ada nabinya, dan lain-lain. Kan enggak boleh," katanya.
Marwan menyebutkan, pihaknya juga telah mendorong para penegak hukum untuk segera menangkap aktor intelektual organisasi ini. "Kalau mereka menganggap kita ini
toghut, mereka kita anggap sebagai bughot," ujarnya.
Marwan mengaku tidak mempermasalahkan jika para mantan pengikut Gafatar ingin bertransmigrasi. Ia bahkan mengklaim untuk memfasilitasi dan menyediakan lahan. Meski demikian, ia menekankan agar mereka tidak boleh berkelompok atau mengeksklusifkan diri.
"Tidak ada namanya transmigrasi itu eksklusif, kelompok itu saja. Harus berbaur dengan masyarakat, eksklusivisme itu tidak bisa dimunculkan kembali," katanya.
Politisi Partai Kebangkitan Bangsa itu memaparkan, kementeriannya telah menyiapkan opsi lokasi transmigrasi bagi para mantan pengikut Gafatar di pulau-pulau yang tersebar di seluruh Indonesia, di antaranya di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.
(rdk)