PDIP Minta Staf Kader Sendiri, Eva Heran Masinton Pilih Dita

Anggi Kusumadewi | CNN Indonesia
Selasa, 02 Feb 2016 11:30 WIB
Kebijakan PDIP, ujar Eva, ialah mengambil tenaga ahli dari internal partai sebagai kaderisasi. Tenaga ahli dari legislator PDIP wajib punya Kartu Anggota PDIP.
Dita menceritakan penganiayaan terhadap dirinya sambil menangis di Kantor LBH Apik. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Politikus PDIP Eva Kusuma Sundari mengatakan heran dengan rekan separtainya, Masinton Pasaribu, yang mengambil tenaga ahli dari luar PDIP, yakni Dita Aditia Ismawati yang berasal dari NasDem. Terlebih, Masinton dan Dita kini terlibat pertengkaran berbalut tudingan penganiayaan.

“Kami semua (anggota Fraksi PDIP) heran. Kebijakan partai ialah tenaga ahli (legislator PDIP) harus orang yang punya Kartu Tanda Anggota PDIP karena itu bagian dari pengkaderan,” kata Eva kepada CNNIndonesia.com, Selasa (2/2).

Disebut pengkaderan, menurut Eva, karena kader yang ditugasi menjadi tenaga ahli jadi bisa punya kesempatan untuk belajar mengelola hal-hal terkait parlemen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kalau sudah begini kejadiannya, ujar Eva, keadaan jadi tak nyaman. “Sebab yang mengadvokasi Dita jadi dari orang NasDem.”

Eva pun mempersilakan Dita jika hendak melaporkan Masinton ke PDIP, sebab itu merupakan hak Dita untuk mencari keadilan.

Namun Eva meminta pertikaian Masinton dan Dita itu tak dibesar-besarkan karena hal itu merupakan persoalan individu, bukan lembaga.

“Enggak ada urusannya sama PDIP dan NasDem secara kelembagaan,” kata Eva.
Dalam kronologi kejadian yang diceritakan Dita kepada pengurus Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH Apik) kemarin, ia sempat menyinggung Kantor Partai NasDem DKI Jakarta sebagai salah satu lokasi.

Sebelum dipukul Masinton, kata Dita, ia diinterogasi di dalam mobil sang bos terkait aktivitasnya di Camden Bar, Cikini, bersama kawan-kawannya. Dita, sembari naik mobil Masinton, sempat minta tolong kepada sopir Masinton, Husni, untuk mengambil mobilnya sendiri yang terparkir di Kantor Partai Nasdem DKI Jakarta.

Senada dengan PDIP, NasDem pun tak ingin keributan Masinton dan Dita dipolitisasi.

“Itu persoalan personal. Jangan dikaitkan dengan politik,” kata politikus NasDem Taufiqulhadi.
Dita melaporkan Masinton ke Bareskrim Polri atas tudingan penganiayaan pada hari Minggu, 31 Januari.

"Saya ditanya 'Lagi ngapain di sana (Camden Bar)?' Saya bilang 'Enggak ngapa-ngapain'. Saya nangis, dia bilang 'Diam kau. Malah nangis kau, diam'. Sampai di Cawang sudah terlihat apartemen saya, lalu pelaku tidak menurunkan saya sampai saya dibawa putar masuk tol. Dia masih bertanya 'Kenapa kau malah nangis?' Ya saya nangis karena diomelin, manusiawi kan. Kemudian sampai Cawang lagi, saya tidak diturunin, saya bilang 'Gue mau pulang, udah capek.' Terus dia bilang 'Diem lu'," kata Dita sambil menangis di kantor LBH Apik, kemarin.

Setelah ucapan “Diem lu” itulah, ujar Dita, bogem Masinton melayang ke mata kanannya.
Masinton membatah tuduhan Dita tersebut. Ia menyebut wajah Dita lebam akibat terkena tepisan tangan tenaga ahlinya yang lain, Abraham Leo Tanditasik, yang saat itu semobil bersama dia dan Dita.

Abraham mengatakan, saat di tengah jalan, Dita berteriak histeris dan tiba-tiba menarik kemudi yang menyebabkan mobil oleng ke kiri jalan dan nyaris menabrak trotoar.

Ketika itu, ujar Abraham, dia secara refleks mengerem mendadak sambil menepis tangan Dita yang dalam posisi menarik kemudi mobil.

"Tepisan tangan kiri saya mengenai tangan dan wajah Dita. Dita teriak histeris di dalam mobil, dan Pak Masinton berupaya untuk menenangkan Dita," kata Abraham.
(agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER