Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Saut Usman Nasution menyatakan terdapat 19 pondok pesantren yang terindikasi mengajarkan doktrin bermuatan radikalisme.
Saut menjelaskan, dari hasil proses
profiling timnya di lapangan, 19 pondok pesantren itu terlihat mendukung dan menyemaikan ajaran radikalisme di Indonesia. Oleh sebab itu ia berencana membicarakan temuan tersebut dengan Kementerian Agama, Majelis Ulama Indonesia, dan ormas-ormas Islam.
"Apakah (indikasi itu) sudah valid betul, apakah masih ada penambahan atau pengurangan? Karena di Indonesia ini umat beragama menjalankan ibadah bermacam-macam. Ada yang punya pemahaman itu (radikal) masih wajar-wajar, ada yang punya pemahaman ini sangat luar biasa," ujar Saut di Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia melanjutkan, "Tapi intinya, kami melihat 19 (pondok pesantren) ini sudah ada keterlibatan (dengan gerakan radikal), apakah dosennya, pengajarnya, atau termasuk santrinya yang ada dalam kelompok radikalisme yang selama ini diproses hukumnya di Indonesia. Itu kriteria kami."
Saut mengatakan BNPT belum bisa melakukan tindakan apapun selain memantau perkembangan 19 pondok pesantren tersebut. BNPT, kata Saut, tidak berwenang untuk mencabut izin operasi pondok pesantren.
"Kami hanya mengingatkan kepada seluruh
stakeholder yang ada, kementerian dan kelembagaan, 'Ini loh kondisi yang ada', biar nanti ditindaklanjuti oleh masing-masing," kata Saut.
Saut membeberkan, 19 pondok pesantren yang terindikasi BNPT mendukung radikalisme ialah Pondok Pesantren Al-Muaddib, Cilacap; Pondok Pesantren Al-Ikhlas, Lamongan; Pondok Pesantren Nurul Bayan, Lombok Utara; Pondok Pesantren Al-Ansar, Ambon; Pondok Pesantren Wahdah Islamiyah, Makassar; Pondok Pesantren Darul Aman, Makassar; Pondok Pesantren Islam Amanah, Poso; Pondok Pesantren Missi Islam Pusat, Jakarta Utara; Pondok Pesantren Al-Muttaqin, Cirebon; Pondok Pesantren Nurul Salam, Ciamis; dan beberapa pondok pesantren lain di Aceh, Solo, dan Serang.
"Ini yang menurut kami terindikasi radikalisme, tapi mereka ini bisa saja protes. Sah-sah saja, karena kita dalam beragama bebas (menjalankan ibadah)," ujar Saut.
(pit)