Jakarta, CNN Indonesia -- Pengacara Jessica Kumala Wongso, Yudi Wibowo Sukinto, menampik semua kabar miring tentang kliennya. Salah satunya bahwa Jessica disebut pernah bekerja di pabrik kimia. Hal itu, tegas Yudi, sama sekali tak benar.
“Itu tidak betul. (Jessica kerja di) New Southwest Ambulance, jasa penyewaan ambulans untuk mengantar orang sakit ke rumah sakit,” kata Yudi kepada CNNIndonesia.com, Kamis (4/2).
“Itu pun Jessica sebagai tenaga pemasaran, desainer grafis multimedia, sesuai keahliannya. Jadi bukan dia keliling ambil orang sakit. Masak orang sakit ditolong oleh desainer grafis,” ujar Yudi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Yudi, Jessica bekerja di New Southwest Ambulance, Australia, hanya selama tiga bulan, tak lama.
Selama di perusahaan jasa penyewaan ambulans itu, ujar Yudi, Jessica bekerja di kantor dengan komputer, membuat brosur-brosur digital dan cetak.
Jessica kini menjadi tersangka pembunuhan berencana dalam kasus kematian sahabatnya, Wayan Mirna Salihin. Ia ditahan Polda Metro Jaya untuk mempermudah penyidikan.
Kemarin, Polda Metro Jaya menerima materi penyidikan kasus Mirna dari
Australian Federal Police (AFP) yang antara lain berisi latar belakang kehidupan Mirna dan Jessica. (Ikuti Fokus:
BABAK BARU KASUS MIRNA)
Mirna dan Jessica pernah menjadi teman sekampus di Australia, yakni di Billy Blue College of Design, Sydney.
Soal materi dari AFP itu, pengacara Jessica pesimistis bakal menjadi alat bukti kuat di pengadilan. “Memang polisi dapat apa? Data pembuktian yang menaruh racun siapa? Ketahuan beli sianida di mana?” ujar Yudi.
Ia menganggap seluruh cerita tentang Jessica yang keluar dari mulut polisi dan keluarga Mirna, termasuk ayahnya Darmawan Salihin, bak sinetron.
“Itu membuat opini, menggiring, enggak betul,” kata Yudi.
Kepala Bidang Hubungan Masyarat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Mohammad Iqbal mengatakan polisi tak bisa merinci materi apa saja yang ia dapat dari Australia. Yang jelas, ia memandang materi itu cukup kuat.
"Penyidik fokus pada penguatan alat bukti yang ada maupun alat bukti lain yang sedang kami kumpulkan. Ini untuk memperkuat perkara yang nanti akan kami ajukan ke Jaksa Penuntut Umum. JPU harus kami yakinkan sehingga tidak terbantahkan hingga peradilan," kata Iqbal.
Menurut Iqbal, koordinasi antara penyidik Polda Metro Jaya dengan AFP akan terus dilanjutkan untuk mempercepat penyelesaian kasus kematian Mirna.
Jessica tinggal di Australia sejak 2008. Ia jarang kembali ke Indonesia karena orang tuanya pun menetap di Australia dari tahun 2005.
Jessica baru pulang ke Indonesia pada 5 Desember 2015 untuk mencari pekerjaan. Saat itulah dia menjalin komunikasi dengan Mirna. Mereka sepakat untuk bertemu.
Pertemuan pertama Jesssica dan Mirna di Indonesia terjadi 12 Desember 2015. Saat itu Mirna mengajak suaminya untuk bertemu Jessica di sebuah restoran.
Pertemuan pertama itu berlanjut ke pertemuan kedua yang berlangsung di Restoran Olivier. Olivier, menurut Jessica, merupakan tempat yang ditentukan oleh Mirna, sebab Jessica mengaku tak tahu banyak tempat kopi darat di Jakarta.
Pada pertemuan kedua di Olivier itu, Jessica tiba dua jam lebih awal dari waktu yang ditentukan. Jessica lantas memesan kopi vietnam untuk Mirna sesuai permintaan Mirna, dan cocktail serta fashioned fazerac untuk dia dan Hani, sahabat mereka yang juga ikut temu kangen.
Namun kopi vietnam Mirna, menurut hasil uji laboratorium forensik Mabes Polri, ternyata dibubuhi sianida. Baru menyesap sedikit kopi itu, Mirna pun tewas.
(agk)