Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Unit Tindak Pidana Perdagangan Orang Bareskrim Polri AKBP Arie Darmanto mengungkapkan, pihaknya melakukan penggeledahan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana, Jakarta Pusat, untuk mencari dokumen terkait kasus penjualan ginjal.
"Yang dicari ya dokumen terkait, terus klarifikasi antara korban yang sudah pernah di operasi di (RS) Cipto yang ginjalnya dijual itu," ujar Arie ketika dihubungi wartawan, Kamis (4/2).
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, sejak sekitar pukul 10.33 WIB, sedikitnya sembilan penyidik Bareskrim Polri datang dengan dua unit mobil kepolisian. Kesembilan orang tersebut lantas memasuki pintu kaca depan RSCM Kencana menuju ke ruangan kantor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekitar 30 menit berselang, sembilan penyidik tersebut melenggang ke area ruang perawatan medis RSCM Kencana.
"(Ruangan pertama yang dikunjungi) tadi itu ruang kerja. Kalau ke sana, ke ruang perawatan," kata Hery Yanto, seorang petugas keamanan di Lobi RSCM Kencana.
Beberapa menit setelahnya, sekira pukul 11.20 WIB, dua penyidik keluar menuju mobil kepolisian berwarna hitam yang diparkir di depan Lobi RSCM Kencana. Salah seorang dari keduanya terlihat mengeluarkan sebuah boks transparan berukuran sekitar 60 x 40 cm dengan tutup berwarna merah muda. Boks itu lantas dibawanya ke dalam.
Sebelumnya, Bareskrim Polri membeberkan inisial tiga rumah sakit yang digunakan oleh tersangka penjual ginjal dalam menjalankan aksinya.
"Rumah sakitnya C, AW dan C di Jakarta semua," kata Kepala Bagian Analisis dan Evaluasi Komisaris Besar Hadi Ramdani di Markas Besar Polri, Jakarta, kemarin.
Hadi mengatakan, korban diperiksa di rumah sakit C, kemudian dirujuk ke AW. Setelah itu, dia dioperasi di rumah sakit C yang lain.
Menurut Hadi, penyidik sudah bekerjasama dengan pihak rumah sakit dan memeriksa dokter-dokternya. Berdasarkan pemeriksaan itu, polisi menyimpulkan tidak ada keterlibatan rumah sakit dalam kasus dugaan penjualan ginjal ini.
"Semua kami cek. Sementara karena itu untuk kesehatan, tidak ada kejanggalan. Mereka melakukan sesuai prosedur. Tidak ada dugaan (terlibat)," kata Hadi.
Hadi tak menutup kemungkinan ada penetapan tersangka baru dalam kasus ini. Saat ini penyidik masih memeriksa saksi-saksi untuk terus mendalami keterlibatan pihak lain.
Hingga kini baru ada tiga tersangka yang ditetapkan, yaitu HR, DD dan AG. HR berperan sebagai penghubung dengan rumah sakit, sementara dua orang lainnya berperan sebagai pencari korban.
Dari para tersangka, penyidik menyita sejumlah barang bukti seperti dua telepon genggam, satu buku tabungan, satu kartu debit dan satu kartu kredit, serta komputer dan dokumen-dokumen.
Kepala Subdirektorat III Tindak Pidana Umum Komisaris Besar Umar Fana mengatakan komputer tersebut diduga digunakan HR untuk membuat dokumen palsu untuk mendukung operasi transplantasi.
Penyidik masih menunggu hasil laboratorium forensik untuk memastikan dugaan tersebut. Umar enggan menyebut soal apakah pasal pemalsuan dokumen akan digunakan untuk menjerat tersangka.
"Itulah (kami) penyidik, tidak bisa berandai-andai. Semua harus berdasarkan data dan fakta yang ada," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.
(bag)