Jakarta, CNN Indonesia -- Langkah islah antara Gubernur Sumatera Utara nonaktif Gatot Pujo Nugroho dengan wakilnya, Tengku Erry Nuradi, melibatkan banyak pihak. Menurut Gatot, Rusli Paloh yang merupakan kakak kandung Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, juga ikut berperan menjembatani islah.
Rusli Paloh bahkan disebut Gatot meminta uang Rp250 juta kepadanya. Gatot menyampaikan keterangan itu saat diperiksa dalam persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta.
Menurut Gatot, ia bertemu Rusli Paloh dalam rangka upaya islah dengan Tengku Erry Nuradi. Pertemuan itu, kata Gatot, difasilitasi oleh paman Surya Paloh yang bernama Kardi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Makanya kami bisa ketemu Rusli. Kami bertemu, cerita-cerita, lalu pulang. Kardi masih di situ. Katanya, diminta uang dari Rusli Rp250 juta," kata Gatot di Pengadilan Tipikor, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (10/2).
Mendengar kesaksian tersebut, Jaksa Penuntut Umum lalu bertanya apakah Gatot memberikan uang yang diminta itu kepada Rusli Paloh.
Gatot lantas menjawab, dia tak pernah menyerahkan uang yang diminta. “Kami tidak pernah serahkan (uang). Saya tidak pernah berikan.”
Gatot menduga permintaan Rusli itu terkait dengan upaya islah antara dia dengan Erry. Islah merupakan langkah yang diusulkan istri Gatot, Evy Susanti.
"Permintaan untuk islah itu kan saran dari istri saya, bahwa islah cara terbaik. Maka kami ketemu, salah satunya dengan Rusli Paloh," kata Gatot.
Selain menemui Rusli, Gatot juga meminta Sekjen Partai Nasdem Patrice Rio Capella dan pengacaranya Otto Cornelis Kaligis untuk mengupayakan islah. Kaligis ketika itu menjabat sebagai Dewan Kehormatan Partai Nasdem.
"Pertemuan itu kan akumulasi dari berbagai cara. Ke Rio kami lakukan, ke OC juga, lalu ke Rusli," kata Gatot.
Pada persidangan sebelumnya, Erry menyatakan hubungannya dengan Gatot tidak harmonis sejak awal masa jabatan. Komunikasi antara Erry dengan Gatot hanya berjalan satu bulan. Bahkan, menurut Erry, dia dan Gatot tak pernah berbicara empat mata untuk memperbaiki komunikasi yang buruk itu.
"Untuk bertemu, berdiskusi, sampai dua tahun, komunikasi sangat kurang. Seingat saya (komunikasi) hanya satu bulan pertama," kata Erry.
Gatot dan Erry mulai memimpin Provinsi Sumatra Utara pada 17 Juni 2013. Ketidakharmonisan itu, menurut Erry, berlanjut hingga Gatot dibebastugaskan dari jabatannya pada 3 Agustus 2015. Saat itu Gatot ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, Jakarta, karena terjerat kasus korupsi dana bantuan sosial.
Erry mengaku tak tahu pasti penyebab ketidakharmonisannya dengan Gatot. Dia mengatakan pernah meminta bertemu Gatot untuk memperbaiki hubungan mereka. Namun pertemuan tersebut urung terlaksana hingga saat ini.
"Saya sudah minta ketemu, tapi mungkin Pak Gatot sibuk jadi tak pernah bertemu. Selama dua tahun kami kurang berkomunikasi," ujar Erry yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Nasdem Sumut itu.
(agk)