Jakarta, CNN Indonesia -- Pasca teror bom dan baku tembak di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, 14 Januari lalu, Polri terus melakukan peningkatan untuk melacak keberadaan teroris yang bersembunyi di Indonesia.
Berdasarkan penelusuran CNNIndonesia, setelah peristiwa itu setidaknya ada tujuh penangkapan terhadap jaringan teroris yang dilakukan oleh kepolisian. Penangkapan itu terjadi di berbagai wilayah yang ada di Indonesia.
Salah satunya di Tinombala, Poso, Sulawesi Tengah. Pada 15 Januari lalu, seorang terduga teroris yang bergabung dalam kelompok Santoso tewas ditembak mati dalam operasi yang dilakukan Polri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itu, anggota kelompok Santoso yang dipimpin Bahrun Naim diduga menjadi aktor di belakang serangan bom dan baku tembak yang terjadi di Jakarta. Namun pada 19 Januari, Kepolisian menyatakan terduga teroris yang tewas itu bukan berasal dari kelopmok pemimpin Mujahidin Indonesia timur itu.
Pada 16 Januari, Tim Datasemen Khusus 88 Antiteror Polri menangkap 12 pelaku teroris yang diduga sebagai pelaku maupun memiliki keterkaitan dengan aksi teror di Thamrin.
Penangkapan itu dilakukan di sejumlah lokasi terpisah yakni di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur. Saat itu polisi berhasil menyita barang bukti berupa sembilan pucuk senjata api laras pendek, pistol dan revolver, enam buah magazen, lima buah telepon genngam dan satu sepeda motor.
Pada 22 Januari, polisi kembali menggerebek satu rumah kontrakan yang diduga menjadi tempat persembunyian teroris di Bantargebang, Bekasi. Dalam penggerebekan tersebut, polisi mengamankan seorang pria.
Selain di Bantargebang, polisi juga menangkap terduga teroris di Depok. Seorang pria bernama Siadih Supriyatna (28) telah diamankan oleh Tim Densus 88.
Sementara itu di Kampung Teluk Jaya, Kelurahan Panjang Selatan, Bandar Lampung, Selasa (2/2), polisi kembali menangkap terduga teroris. Selama tiga bulan terakhir kepolisian telah mengintai seorang bernama Edi Santoso alias Sukrii. Edi disebut merupakan penyandang dana bagi kelompok teror.
Dalam aksinya, Edi diduga berkaitan dengan banyak jaringan. Dia diduga berhubungan dengan Abu Roban, amir Mujahidin Indonesia Barat yang tewas dalam penyergapan polisi tahun 2013. Edi juga diduga terlibat dengan kelompok Santoso dan kelompok teroris di Bima.
Penangkapan kembali dilakukan Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri pada 11 Februari. Penangkapan dilakukan di Sumedang pukul 15.00 WIB. Ada dua orang terduga teroris yang diamankan karena diduga terkait peristiwa serangan bom dan baku tembak di Thamrin.
Kedua tersangka juga merupakan buron kasus pelatihan militer di Aceh. Setelah itu, mereka aktif terlibat dalam jaringan teroris Jamaah Ansharu Daulah.
Pada akhir pekan lalu, Sabtu (13/2), polisi kembali menangkap dua laki-laki terduga teroris di sebuah rumah yang berada di Perumahan Bumi Indah Pesona, Kecamatan Cikampek, Karawang, Jawa Barat. Dari lokasi penangkapan, polisi menyita sejumlah barang bukti seperti sangkur, senjata api, dan buku-buku berisi paham radikal.
Dan yang terkini, baru saja terjadi baku tembak antara aparat kepolisian dengan terduga teroris dalam penggerebekan di Bima, Nusa Tenggara Barat (15/2). Dalam baku tembak itu, satu anggota polisi mengalami luka tembak di bagian tangan dan terduga teroris meninggal dunia.
Terduga teroris yang terlibat baku tembak itu terkait jaringan Santoso. Hal ini karena pelaku diduga merupakan orang yang sama dalam aksi penembakan dan pembunuhan polisi di Bima.
(rdk)