Temanggung, CNN Indonesia -- Setelah diamankan dan dibawa turun dari lereng Gunung Sumbing, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, para aktivis Jamaah Ansharus Syariah (JAS) yang diduga melakukan pelatihan semi militer, hingga kini masih menjalani pemeriksaan di Mapolres Temanggung.
"Kami periksa untuk dalami apa kegiatan mereka di Sumbing. Benarkah cuma pelatihan bencana atau ada latihan tersembunyi lain,” ujar Kabid Humas Polda Jateng Kombes Aloysius Liliek Darmanto kepada CNN Indonesia, Sabtu (20/2).
Liliek mengatakan pemeriksaan dilakukan untuk mencari fakta yang sebenarnya baik dari jumlah peserta latihan hingga materinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nanti dari pemeriksaan kami bisa tahu jumlah yang latihan berapa dan apa materi latihannya,” tambah Liliek.
Proses pemeriksaan oleh polisi ini dilakukan terkait adanya beberapa hal. Dari info awal, anggota JAS yang melakukan pelatihan berjumlah 50 orang. Namun setelah diamankan turun dari Gunung Sumbing, jumlah peserta diketahui hanya 36 orang. Dari sini muncul dugaan ada beberapa anggota JAS yang melarikan diri. Kondisi kostum pakaian yang mereka kenakan pun berbeda dengan kostum saat berangkat naik ke gunung.
Sebelumnya, JAS membantah melakukan latihan militer di lereng Gunung Sumbing, Jawa Tengah.
Humas JAS Jawa Tengah Endro Sudarsono mengatakan kegiatan yang dilakukan kelompoknya di Gunung Sumbing adalah Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Tanggap Bencana yang akan dilakukan pada Jumat sampai Minggu, 19-21 Februari 2016.
"Ini diklat tanggap bencana, bukan latihan militer. Diklat ini bertujuan membekali anggota JAS untuk mengantisipasi berbagai bencana alam di Jawa Tengah, dengan berbagai ketrampilan seperti P3K, dan survival,” ungkap Endro saat menemui Kapolres Temanggung AKBP Wahyu Wim Harjanto, Sabtu (20/2) dini hari.
Pertemuan tersebut digelar di rumah salah satu anggota JAS yang ada di Dusun Jambon, Desa Gandurejo Kecamatan Kedu, Temanggung.
(obs)