Dikaitkan dengan ISIS, Masjid Jakarta 'Dipinjam' Orang Asing

Rinaldy Sofwan Fakhrana | CNN Indonesia
Jumat, 26 Feb 2016 09:30 WIB
Seratus orang jemaat memenuhi masjid di Gunung Sahari, 14 Februari. Mereka bukan warga sekitar, pun pimpinan mereka, Syamsudin Uba yang pernah ditangkap polisi.
Seratus orang jemaat memenuhi masjid di Gunung Sahari, 14 Februari. Mereka bukan warga sekitar, pun pimpinan mereka, Symsudin Uba yang pernah ditangkap polisi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Puluhan jemaah memenuhi Masjid Asy Syuhada di Gunung Sahari, Jakarta Pusat, Minggu, 14 Februari. Mereka dipimpin pria berjanggut dan berpakaian serba hitam yang bernama Syamsudin Uba.

Syamsudin Uba pernah ditangkap polisi karena diduga menyebarkan paham radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Alor, Nusa Tenggara Timur, tahun 2015. Namun dia lalu dilepas karena tak ada cukup bukti.

Syamsudin bisa mengumpulkan jemaahnya di Masjid Asy Syuhada atas bantuan Rifan Muzamil, pengurus seksi dakwah di masjid tersebut. Rifan memintakan izin kepada Ketua Pengurus Masjid, Agus Salim, untuk menggelar pengajian bertema tauhid.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di kemudian hari Agus merasa tertipu. Perkiraan dia bahwa pengajian akan dihadiri oleh remaja di lingkungannya ternyata salah. Lebih dari 50 jemaah yang datang seluruhnya wajah asing.
Agus kian kesal karena tak lama kemudian, media Australia yang turut hadir dalam pertemuan di Masjid Asy Syuhada itu memberitakan telah terjadi penyebaran propaganda ISIS di masjid itu.

"Saya minta ini diklarifikasi. Masjid ini bukan sarang ISIS, bukan tempat perekrutan ISIS. ISIS itu penyalahgunaan simbol agama, tidak manusiawi," kata Agus.
Setelah mendapat penjelasan Agus, wartawan CNNIndonesia.com Rinaldy Sofwan Fakhrana mendatangi kediaman Rifan, seksi dakwah Masjid Asy Syuhada.

Rifan tinggal beberapa blok dari Masjid Asy Syuhada. Untuk mencapai kediamannya mesti melewati jalan-jalan sempit yang bahkan sulit dilintasi sepeda motor. Terlebih, di beberapa titik ada warung dan perkumpulan warga setempat yang membuat jalan makin sempit.

Di rumah Rifan yang sederhana, tampak mesin jahit dan beberapa potongan kain kecil berserak di lantai. Di depan rumah pria yang sehari-hari berdagang itu, beberapa orang sedang berbincang santai, pemandangan yang biasa ditemukan di banyak rumah.

Rifan bercerita, dia bertemu Syamsudin Uba di Islamic Center Bekasi saat salat zuhur beberapa waktu lalu. Saat itu Rifan ke Bekasi untuk berlatih bela diri Thifan Pokhan.

Syamsudin memperkenalkan diri kepada Rifan sebagai ustaz biasa. Rifan yang bertugas sebagai seksi dakwah Masjid Asy Syuhada lantas meminta sang ustaz untuk menjadi khatib di masjidnya. Gayung bersambut, Syamsudin bahkan minta izin untuk membawa jemaatnya sendiri.

"Saya pikir dia ustaz biasa. Ustaz kan memang dakwah, masak kita larang. Tidak ada kecurigaan sama sekali," kata Rifan.

Berbeda dengan keterangan Agus yang mengatakan merasa tertipu olehnya, Rifan berkata telah memberikan surat dengan tembusan ke Majelis Ulama Indonesia Bekasi. "Cuma masalahnya kami tidak izin ke Pak RW. Itu salahnya," kata Rifan.

Menurut Rifan, pertemuan di Masjid Asy Syuhada yang dipimpin Syamsudin Uba saat itu dihadiri sekitar 100 orang. Mereka berasal dari berbagai daerah di Jawa seperti Depok, Cirebon, Surabaya, dan Yogyakarta.

Rifan berkata, sehari sebelum pertemuan, usai salat Isya, dia telah mengundang warga setempat untuk turut hadir. Namun, kata dia, kebanyakan masyarakat tidak menghadiri undangannya itu.

Bahas negara Islam

Dalam pertemuan 14 Februari di masjidnya itu, kata Rifan, Syamsudin berperan sebagai pembawa acara. Sementara narasumbernya adalah Muhammad Nanang.

Materi yang dibahas adalah perbedaan sistem ekonomi, hukum dan tata negara Indonesia dengan negara-negara Islam. Materi itu, menurut Syamsudin saat itu, merupakan kajian Tauhid.

Rifan tidak mengikuti seluruh isi pertemuan. Dia lebih banyak berada di luar masjid ketika acara berlangsung. Namun Rifan mengikuti secara cermat ketika pemateri membahas tentang perbedaan sistem ekonomi Indonesia dengan negara-negara Islam.

“Saya dengar saksama, di negara Islam itu semua gratis, tidak ada perpajakan, bensin gratis. Malah setiap hari ada zakat untuk orang-orang di situ,” ujar Rifan.

"Indonesia kan begini, ekonomi tidak stabil. Saya pernah mengobrol dengan jemaah yang lain, ya dia kesal dengan pemerintah juga, tapi kesal kenapa tidak tahu. Negara Islam kan benar-benar dijamin, Indonesia belum," kata Rifan, lalu tersenyum.

Berbincang dengan Tim CNNIndonesia.com sambil duduk di lantai rumahnya, Rifan tampak santai, bahkan sering kali tertawa kecil.

Namun dia berkali-kali berpesan agar wawancaranya dimuat sesuai fakta. Dia mengatakan tidak percaya dengan media "sekuler" karena kerap memberitakan hal tak sesuai dengan fakta.

Rifan menegaskan, pengkajian yang dipimpin Syamsudin Uba bukan penyebaran propaganda ISIS. Pengkajian tersebut, ujar Rifan, hanya menunjukkan perbedaan-perbedaan antara negara Islam dengan negara lainnya, termasuk Indonesia dan negara-negara barat.

"Tidak ada ajakan sama sekali (soal ISIS). Ini hanya untuk pengetahuan. Ini loh, negara Islam seperti ini, ini Indonesia, ini negara lain. Kalau mengajak (gabung ISIS) kan harus keluar banyak duit, triliunan," ujar Rifan.

Kesimpulan soal kajian itu, kata Rifan, sepenuhnya diserahkan kepada jemaat. Saat itu pun, menurutnya, banyak pertanyaan terlontar dari para peserta kajian. Tidak semua paparan ditelan bulat-bulat.

Rifan mengatakan pemberitaan yang menyebut ada atribut ISIS pada pertemuan itu sebagai berita fitnah. Dia mengatakan, dia sendiri yang akan melarang pertemuan digelar jika ada atribut ISIS yang diikutsertakan.

"Ini menunjukkan saja (perbandingan negara-negara), dan saya bilang juga ini bukan ISIS. ISIS kan sudah bubar 2014 lalu, diganti Islamic State, kalau bahasa baratnya. Kalau bahasa arabnya Khilafah Islamiyah," kata Rifan.

Secara pribadi, Rifan tidak mendukung ISIS maupun Khilafah Islamiyah. Namun dia mendukung penegakan syariat Islam di dunia, termasuk di Indonesia.

"Kan sesuai hadis nurbuat, hadis Rasulullah: di akhir zaman akan berdiri kembali Khilafah Islam. Amirul Mukmin sudah ada," kata Rifan.

Usai mendapat penjelasan dari Rifan, CNNIndonesia.com menghubugi Syamsudin Uba yang memimpin pertemuan di Masjid Asy Syuhada itu.

Simak keterangan Syamsudin pada artikel berikutnya.
(agk)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER