Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) Sidney Jones mengatakan kemiskinan bukan menjadi faktor keterlibatan orang bergabung ke negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Sangat sedikit jumlah yang bergabung karena faktor ekonomi. Kemiskinan bukan faktor utama kenapa orang-orang mau bergabung (ISIS)," kata Sidney saat ditemui di Wisma Kementerian Pemuda dan Olahraga, Jakarta, Senin (29/2).
Menurutnya, terdapat tiga faktor yang memengaruhi orang untuk bergabung ISIS. Pertama, banyak orang yang ingin ke Suriah karena ramalan akhir zaman yang menyatakan Imam Mahdi turun dalam perang terakhir di Syam (sebutan Suriah).
Kedua, lanjut Sidney, ada faktor kemanusiaan yang mendorong simpati orang-orang untuk bergabung ISIS. "Kalau kita lihat jumlah orang yang tertarik bergabung ke ISIS karena mereka melihat ini satu kesempatan menolong kelompok yang tertindas di Suriah," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, faktor ketiga, keinginan untuk berjihad disebut menjadi salah satu faktor pendukung. Pemerintah dalam hal ini dinilai perlu meningkatkan kewaspadaan karena ISIS mulai merambah ke tenaga kerja Indonesia (TKI) dan TKW di luar negeri.
Menurutnya, ISIS membuat kondisi saat ini lebih berbahaya dibandingkan 10 tahun yang lalu lantaran ISIS merupakan kelompok radikal yang menyebarkan paham kekerasan. Lebih bahaya lagi, kata dia, banyak anak muda yang tertarik bergabung.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan penggunaan dana desa yang dikelola dengan baik, secara tidak langsung dapat mengurangi paham radikalisme di masyarakat.
"Terorisme atau radikalisasi itu tidak lepas dari masalah kemiskinan," kata Luhut saat konferensi pers di Kompleks Pusat Pemerintahan Provinsi Banten, Serang.
Saat memberikan pengarahan soal pencegahan radikalisme di Banten, Luhut memberikan contoh Sunakim alias Afif, korban sekaligus pelaku peledakan bom di Thamrin. Menurut Luhut, salah satu alasan Afif bergabung dengan kelompok radikal karena faktor ekonomi keluarganya yang tidak menentu. Sebagai pengangguran, dia harus menghidupi istri dan kesembilan anaknya.
"Dampaknya kalau kemiskinan berkurang maka akan mengurangi hal-hal yang radikal," kata Luhut saat memberikan sambutan di hadapan ribuan aparat pemerintah dan keamanan di Banten.
(gil)