Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian Daerah Metro Jaya menyiagakan hampir empat ribu personel untuk mengamankan jalannya Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang digelar di Jakarta pada 6 dan 7 Maret mendatang.
"Hampir empat ribu personel. enam ratus personel dari Korps Brigade Mobil (Brimob)," ujar Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (3/3).
Tito mengatakan, banyaknya personel yang dikerahkan Kepolisian RI (Polri) untuk mengamankan jalannya KTT Luar Biasa OKI adalah untuk mendukung kelancaran jalannya agenda tersebut. Pasalnya, Tito menilai, ada banyak kepala negara yang dipastikan datang ke Indonesia untuk membahas isu mengenai situasi dunia, khususnya kondisi negara Islam saat ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan informasi yang telah diterima Kepolisian, Tito mengaku sudah ada 49 negara telah mengkonfirmasi hadir dalam KTT tersebut. Dari 49 negara tersebut, akan ada lebih dari 25 Kepala Negara yang akan hadir langsung ke Indonesia untuk mengikuti jalannya KTT.
"Bagi pemerintah inilah suatu kehormatan bahwa Indonesia siap melaksanakan KTT ini yang tingkatnya internasional. Keberhasilan KTT ini didukung dengan keamanan yang baik," ujarnya.
Lebih lanjut, Tito menjelaskan, pemimpin operasi pengamanan KTT Luar Biasa OKI adalah Panglima Komando Daerah Militer Jakarta Raya (Pangdam Jaya), sementara dirinya berperan sebagai wakil dalam operasi pengamanan tersebut. Tito meengaku, pihaknya akan mengamankan jalannya prosesi KTT Luar Biasa OKI pada tanggal 6 Maret. Sementara, pada tanggal 7 Maret akan dipegang penuh oleh TNI, dalam hal ini Kodam Jaya.
"Tanggal 6 Maret itu agendanya senior
official meeting atau setingkat menteri atau VIP bukan VVIP. Tanggal 7 Maret nanti baru dilaksanakan KTT yang diikuti
State Leaders atau Kepala Negara dan itu berlaku prosedur tetap pengamanan VVIP dengan rekan-rekan TNI di garis depan atau penjuru utama dan polisi sebagai pendukung," ujar Tito.
Ancaman teror saat KTTTito menuturkan kemungkinan besar tidak akan ada aksi teror saat KTT Luar Biasa OKI berlangsung. Hal tersebut dikarenakan isu yang dibahas dalam KTT kali ini adalah soal kondisi bangsa Palestina. Menurut Tito, kelompok muslim hingga radikal pasti mendukung penuh pembahasan isu tersebut.
"Setahu saya kalau KTT itu membahas masalah isu Palestina. Semua kelompok muslim termasuk kelompok radikal itu mereka satu suara," ujar Tito.
Selain itu, Tito berkata, pemerintah Indonesia sejatinya mendukung penuh negara Palestina. Ia menilai, amannya proses KTT jelas akan menentukan nasib negara Palestina ke depan.
"Kebijakan pemerintah Indonesia adalah mendukung Palestina. Jadi karena itu adalah konferensi dunia Islam, saya tentunya mengharapkan kepada semua jajaran masyarakat Indonesia mendukung acara kegiatan ini agar berjalan dengan lancar. Semuanya bisa aman ini adalah demi nasib bangsa Palestina ke depan," ujarnya.
Namun, Tito menyampiakan Kepolisian akan tetap terus memantau kelompok-kelompok yang kemungkinan akan menggangu jalannya KTT. Jika nantinya ada kelompok radikal dari kalangan muslim menggangu jalannya KTT, ia menegaskan, kelompok tersebut tidak konsisten memperjuangkan nasib sesama kaum muslim di Palestina.
"Jadi kalau sampai ada yang melakukan aksi terorisme berarti mereka berkhianat kepada dunia Islam," ujar Tito.
Dibertakan sebelumnya, KTT OKI sedianya akan menghasilkan dua dokumen soal Palestina dan al-Quds al-Syarif (Kota Suci Yerusalem), yaitu dokumen resolusi dan deklarasi.
Direktur Jenderal Multilateral Kemenlu RI, Hassan Kleib memaparkan dokumen resolusi akan berisi konfirmasi kembali negara-negara OKI dengan fokus Palestina dan Yerusalem, yang menjadi lokasi Masjid al-Aqsa.
Sementara dokumen deklarasi akan akan lebih padat dan singkat, berisi langkah konkret ke depan untuk menindaklanjuti hal-hal yang disepakati negara-negara OKI terkait Palestina dan Yerusalem.
Melalui dua dokumen ini, Hassan berharap KTT Luar Biasa OKI kali ini akan menghasilkan langkah-langkah konkret dalam upaya mendukung kedaulatan negara Palestina dan terciptanya solusi dua negara dengan Israel.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkapkan terdapat 49 negara anggota OKI yang sudah mengonfirmasi kehadirannya.
"KTT Luar Biasa OKI di Jakarta nantinya ada 56 negara anggota yang hadir di pembukaan. Sejauh ini sudah 49 negara menyatakan akan hadir," kata Retno di Kantor Staf Presiden, Rabu (2/3).
Retno menjelaskan KTT Luar Biasa OKI di Jakarta dilatarbelakangi dengan adanya keinginan Palestina agar persoalan negara tersebut dibahas khusus dalam sebuah Pertemuan Luar Biasa OKI. Usulan tersebut mendapatkan respon oleh negara-negara anggota OKI, dan Palestina secara khusus meminta Indonesia agar menjadi tuan rumah pertemuan tersebut.
(bag)