TNI AL Janji Tak Akan Tutupi Investigasi RS Mintohardjo

Sandy Indra Pratama | CNN Indonesia
Selasa, 15 Mar 2016 14:23 WIB
Mabes TNI Angkatan Laut menegaskan tak akan menutupi hasil investigasi Pusat Polisi Militer AL dan Puslabfor Mabes Polri untuk mencari penyebab insiden.
RSAL Mintohardjo di Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, mulai beroperasi normal pascakebakaran, Selasa (15/3). (CNN Indonesia/Priska Sari Pratiwi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mabes TNI Angkatan Laut menegaskan tak akan menutupi hasil investigasi yang dilakukan Pusat Polisi Militer AL dan Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri untuk mencari penyebab terbakarnya mesin terapi oksigen 'Hyperbaric' di RS TNI AL Mintohardjo, Jakarta Pusat, kemarin.

"Pertama, saya ingin menyampaikan sebagai pribadi dan pimpinan TNI AL, ikut berduka dan berbelasungkawa atas wafatnya empat pasien yang meninggal dalam chamber yang terbakar. Saya tegaskan kami akan terbuka pada media terkait kasus meledaknya alat terapi tersebut," ujar Kepala Staf TNI AL Laksamana Ade Supandi di Dermaga Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa.

Ia mengatakan akan membuka seluas-luasnya dan menyampaikan kepada publik dengan transparan hasil investigasi penyebab meledak dan terbakarnya mesin Hyperbaric tersebut, apakah dikarenakan kelalaian manusia ataupun karena tidak berfungsinya alat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami lihat hasil investigasi tersebut dan TNI AL tidak boleh ada menutup-nutupi. Begitu kejadian dilaporkan Karum Mintoharjo, saya langsung ke RS melihat kondisi, dan saya perintahkan investigasi gabungan baik dari Polri, TNI AL, Ikatan Dokter Hyperbaric yang mengetahui secara teknis dan mekanisme apa yang harus dilakukan dalam situasi seperti tersebut dan penyebabnya," kata Ade.

Saat ini, kata mantan Kasum TNI itu, tim investigasi dari Pomal, Puslabfor Polri, dan Ikatan Dokter Hyperbaric tengah bekerja menyelidiki lebih mendalam peristiwa kebakaran tersebut.

"Kejadian kebakaran ini memang terus kita cari penyebabnya. Saya tidak akan berandai-andai dan menyerahkan sepenuhnya kepada tim dari Puspomal dan Mabes Polri untuk mendeteksi dan mengetahui penyebab kebakaran apakah karena kelalaian atau hal lainnya," tambah Ade.

Ia mengatakan, terbakarnya alat terapi tersebut adalah sesuatu yang sangat tidak diharapkan, karena alat itu bila dilihat dari fungsinya sebenarnya digunakan untuk pengobatan efek dekompresi pada penyelam TNI AL dalam misi-misi di bawah laut.

"Sehingga apa ada kelalaian atau malfungsi itu nanti didasarkan pada laporan investigasi tim gabungan. Saya sudah melaporkan kepada Panglima TNI tentang pembentukan tim investigasi gabungan tersebut dan hasilnya akan diberitahukan kepada publik, tapi pada dasarnya teknologi apapun itu harus aman digunakan," lanjutnya.

Menurut Ade, mesin terapi hyperbaric bukan hanya digunakan RS TNI AL, tetapi juga rumah sakit lain. Dengan dibukanya hasil investigasi nanti, kata dia, maka publik bisa tahu bagaimana pencegahan dan manfaat dari alat tersebut yang selalu bergandengan.

"TNI AL sudah menggunakan metode hyperbarik dari tahun 1960 dan digunakan untuk mengobati efek dekompresi sebagai akibat dari penyelaman di dalam laut. Awal tahun lalu kita pakai untuk sembilan penyelam yang melakukan operasi penyelamatan di dalam kecelakaan pesawat AirAsia. Saya sendiri baru dua bulan lalu di-hyperbaric," ucap Ade Supandi.

Empat orang pasien yang berada di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Mintoharjo tewas setelah kebakaran terjadi di ruang tabung chamber Pulau Miangas Gedung Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT), kemarin siang.

Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal) Laksamana Pertama M Zainudin mengatakan ruangan tersebut diisi empat pasien ketika kecelakaan terjadi, sehingga keempat pasien tersebut meninggal. Empat pasien yang meninggal yakni mantan Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol (Purn) Abubakar Nataprawira (65), Edi Suwandi (67), Dima (28) dan Sulityo (54) yang merupakan anggota DPD RI sekaligus sebagai Ketua Umum PGRI. (antara/sip)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER