Tito Karnavian si 'Karnivora' di Mata Teroris

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Rabu, 16 Mar 2016 06:44 WIB
Inspektur Jenderal Tito Karnavian mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa saat menangkap Dr Azhari dan kelompoknya di Batu, Malang, Jawa Timur, 2005 silam.
Irjen Tito Karnavian dilantik menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme oleh Presiden RI Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Rabu, (16/3). (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Inspektur Jenderal Tito Karnavian akan dilantik menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) hari ini, Rabu (16/3). Pria 51 tahun kelahiran Palembang, Sumatera Selatan, akan segera kembali menjalankan tugas penting melawan para pengancam keamanan negara.

Mantan Kepala Detasemen Khusus 88 Antiteror ini jelas adalah musuh sekaligus ancaman besar bagi para teroris. Hal ini terlihat dari pernyataan Santoso alias Abu Wardah, pemimpin Mujahidin Indonesia Timur.

Santoso dalam sebuah video yang diunggah ke akun media sosial atas nama Bahrun Naim Anggih Tamtomo (terduga teroris otak serangan Thamrin, Jakarta, Januari lalu), mengancam akan menghancurkan Markas Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya, tempat Tito berdinas sejak Juni 2015 hingga hari ini, sebelum dilantik. Serangan Thamrin terjadi berselang sebulan setelah video ancaman tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemegang penghargaan Adhi Makayasa alias lulusan terbaik Akademi Kepolisian 1987 ini mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa saat menangkap Dr Azhari dan kelompoknya di Batu, Malang, Jawa Timur, 2005 silam. Saat itu, Tito yang masih berpangkat Ajun Komisaris Besar mendapatkan satu melati tambahan di pundaknya dan resmi berpangkat Komisaris Besar.

Selain itu, Tito juga adalah salah satu perwira yang tergabung dalam tim penumpasan jaringan teroris Noordin M Top pada 2009 lalu. Tak heran jika dia dipandang sebagai pemburu berbahaya, seperti pemangsa karnivora di rantai makanan teratas, oleh para teroris yang sempat kehilangan arah setelah pimpinannya satu per satu lumpuh di tangan Tito.

Kini sisa-sisa jaringan lama, seperti diungkapkan oleh Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti, bergerak dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. Salah satu buron yang dianggap berbahaya dan belum kunjung tertangkap tak lain adalah sosok yang mengancam Tito sendiri, Santoso.

Namun Tito justru menyatakan akan sering menyambangi basis pergerakan si teroris di Sulawesi Tengah. "Fokus saya penegakan hukum, jangan sampai ada serangan teror. Saya mungkin nanti akan lebih banyak turun ke Poso," ujarnya.

Dia juga mengatakan pengalamannya di bidang terorisme akan sangat membantu dalam menjalankan tugasnya yang baru. Dia mengakui, terorisme bukan hal baru lagi bagi dirinya. Terlebih ia juga pernah menjabat sebagai Deputi Penindakan dan Pencegahan di BNPT selama hampir dua tahun.

"Saya menangani terorisme sudah cukup lama sejak 1998. Jaringan terorisme ini bukan orang baru. Saya pernah beroperasi di Poso juga selama 1,5 tahun," tuturnya.

Sejumlah prestasi membuat karir Tito melejit. Selain terlibat dalam bidang antiterorisme, dia juga memimpin dua Kepolisian Daerah Tipe A, yakni Papua dan Jakarta. Belum lagi, menjabat sebagai Kepala BNPT, otomatis Tito juga akan diberi kenaikan pangkat menjadi Komisaris Jenderal. Dengan tiga bintang di pundak, mantan Asisten Perencanaan Kapolri ini juga berpeluang jadi orang nomor satu kepolisian. (bag)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER