Jakarta, CNN Indonesia -- Berdasarkan Pemantauan Status Gizi (PSG) 2015, sebanyak 404 kabupaten/kota menderita permasalahan gizi parah yakni akut-kronis dan hanya 9 kab/kota yang tidak memiliki permasalahan gizi. Sementara, 63 lainnya masuk dalam kategori akut dan 20 wilayah berstatus kronis.
Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan Doddy Izwardy mengatakan kategori akut-kronis merupakan tingkat terparah dalam permasalahan gizi. "Akut-kronis mengindikasikan 20 persen atau lebih balita menderita stunting (pendek) dan 5 persen atau lebih menderita wasting (kurus)," kata Doddy, Jumat (18/3).
Secara total, balita yang menderita gizi buruk di Indonesia sebanyak 3.8 persen dan gizi kurang sebesar 14.9 persen. Sementara, 3.7 persen tergolong sangat kurus dan 8.2% masuk kategori kurus. Sedangkan, 10.1 % digolongkan sangat pendek dan 18.9 persen dikategorikan pendek. Penderita gizi kurang terbanyak berada di Sulawesi Tenggara, balita pendek terbanyak di Nusa Tenggara Timur, dan balita kurs di Papua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sembilan kab/kota tanpa permasalahan gizi yaitu Kab. Ogan Komering Ulu Timur dan Pagar Alam di Sumatera Selatan, Kab. Muko-Muko dan Kota Bengkulu di Bengkulu, Kab. Belitung Timur di Bangka Belitung, Kota Semarang di jawa Tengah, Kab. Tabanan di Bali, Kab. Tomohon di Sulawesi Utara, dan Kota Depok di Jawa Barat.
Buruknya permasalahan gizi di Indonesia ditenggarai karena pola hidup dan konsumsi masyarakat yang tidak sesuai. Kementerian Kesehatan akan melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab banyaknya sebaran wilayah yang memiliki permasalahan gizi.
"Kami akan melakukan riset, untuk menemukan indikator-indikator yang menyebabkan keberhasilan dan kegagalan di wilayah-wilayah tersebut, terutama 9 wilayah tanpa masalah gizi agar dapat diterapkan di tempat lain," kata Doddy.
Mengatasi permasalahan gizi ini, Kementerian Kesehatan melakukan upaya pencegahan secara langsung dan tidak langsung. "Mulai dari pelayanan kehamilan, pemberian tambahan makanan pada ibu hamil yang kurang energi kronik, sampai inisiasi menyusui dini dan ASI ekslusif telah dilakukan," kata Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Anung Sugihantoro.
Kementerian Kesehatan juga akan bekerjasama dengan Millenium Challenge Account (MCA) untuk memaksimalkan pencegahan secara langsung dan tidak langsung.
Setiap tahunnya, Kementerian Kesehatan menargetkan untuk mengurangi angka permasalahan gizi sebesar 2% per tahun.
(bag)