Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan meminta agar lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara memperlakukan narapidana secara manusiawi.
Meski demikian, Luhut berpesan agar narapidana tetap tidak boleh melakukan komunikasi dari dalam lapas atau rutan. Hal itu, menurutnya untuk mencegah pengendalian aksi teror dari dalam penjara.
"Saya minta yang di Lapas Nusakambangan, diperlakukan secara manusia. Tapi jangan dia diberi komunikasi," kata Luhut dalam pengarahan kepada Kepala Lapas dan Rutan se-Indonesia, di Jakarta, Selasa (5/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Luhut, jika hal tersebut berhasil dilakukan, maka potensi aksi teror yang dikendalikan dari dalam penjara dapat dikurangi. Meski berfungsi sebagai lembaga rehabilitasi, pembatasan komunikasi dimaksud untuk mencegah tragedi bom Thamrin berulang.
Sebab, berkaca dari tragedi itu, Luhut menyebut aksi tersebut berawal dari perintah salah seorang narapidana di dalam Lapas Nusakambangan. Sehingga, dia pun enggan kejadian tersebut terulang kembali.
Untuk itu, Luhut mengatakan pentingnya peran Kalapas dan Karutan dalam mengatasi persoalan ini, termasuk, membina narapidana narkotik. Pasalnya, Luhut berkata narkotika lebih berbahaya daripada teroris.
Narkotik Lebih BerbahayaMenurut Luhut, lapas dan rutan perlu segera menuntaskan persoalan pidana narkotik. Pasalnya, Luhut berkata, pengguna narkotik di Indonesia tahun lalu mencapai 5,9 juta orang, dengan sedikitnya 30-50 orang meninggal tiap hari.
Sehingga, kata dia, lapas dan rutan akan menghadapi masalah kelebihan kapasitas. Untuk itu, Luhut menyatakan, perlu dilakukan pemisahan antara pengedar dan pemakai.
"Pengedar akan di penjara khusus yang bisa dikontrol. Karena sekarang masih bebas dan bisa kendalikan operasi dari dalam penjara," ujar Luhut.
Luhut pun berkata, Kalapas atau Karutan adalah wajah depan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pemimpin lapas dan rutan harus memberi contoh kepada anak buahnya agar tidak turut terjebak melakukan tindak pidana narkotik.
Salah satunya kata Luhut, Kalapas dan Karutan tidak tergiur dengan permainan uang dari bisnis narkotik, dan tidak menunjukan gaya hidup yang glamor. Dengan demikian, lanjutnya, anak buah pun akan mencontoh perilaku pemimpinnya dan tidak terjebak dalam tindakan penyalahgunaan atau pidana narkotika.
"Peran-peran Kalapas dan Karutan penting. Kalau kepemimpinan Anda baik, ini bisa diselesaikan," ujar Luhut.
(bag)