Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan Pengurus Pusat Muhammadiyah akan membuka hasil autopsi jasad terduga teroris, Siyono, secara transparan kepada publik.
"Kami bersama dengan PP Muhammadiyah akan mengungkap itu secara transparan kepada publik," kata Komisioner Komnas HAM Siane Indriani saat ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa (5/4).
Namun, Siane menjelaskan, tidak semua informasi hasil autopsi dapat dipublikasikan. Untuk itu, Siane berkata, pihaknya akan rapat terlebih dulu dengan tim forensik untuk menentukan hal tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Siane menambahkan, proses autopsi jasad Siyono yang dilakukan pada Minggu (3/4) lalu, berjalan lancar. Bahkan, Siane mengungkapkan, masyarakat sekitar turut memberi bantuan.
"Dibantu membuat tenda malam-malam, yang menggali juga ada. Air minum juga dibantu mereka. Bahkan, sampai ada yang buatkan pisang goreng," kata Siane.
Walaupun sebelumnya pelaksanaan autopsi jasad Siyono sempat mendapat penolakan dari warga setempat. Siane pun masih mencoba menyelidiki terkait siapa saja yang menolak pelaksanaan autopsi itu.
Menurut Siane, beberapa tokoh masyarakat dan Kepala Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Klaten sempat mengadakan pertemuan untuk membuat pernyataan penolakan terhadap pelaksanaan autopsi.
"Tapi setelah mengunjungi beberapa rumah warga, ternyata semua warga yang dikunjungi oleh kami menyatakan tak keberatan jenazah Siyono diautopsi. Mereka hanya takut untuk bicara," ujar Siane.
Untuk diketahui, Siyono meninggal dunia di RS Bhayangkara Yogyakarta setelah dibawa Densus 88 untuk mencari senjata api yang diduga miliknya pada Sabtu (12/3).
Kematian Siyono banyak mengundang perhatian publik karena diduga telah terjadi pelanggaran hukum oleh pihak kepolisian saat membawa Siyono untuk proses interogasi
Sementara, tim dokter forensik PP Muhammadiyah masih harus menunggu hasil uji laboratorium untuk menyimpulkan hasil autopsi terhadap Siyono, terduga teroris yang tewas dalam proses pemeriksaan Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri belum lama ini.
"Kami tidak hanya melakukan pemeriksaan secara visual dengan kasat mata saja, tetapi juga melalui tes laboratorium sehingga hasilnya baru bisa diketahui sekitar 10 hari ke depan," kata ketua tim forensik, Gatot Suharto, di pemakaman Desa Pogung, Klaten, Jawa Tengah, Minggu (3/4).
(pit)