Kaum Buruh Unjuk Rasa Tuntut Keselamatan dan Keamanan Kerja

Priska Sari Pratiwi | CNN Indonesia
Kamis, 28 Apr 2016 12:47 WIB
Buruh memprotes minimnya kepedulian perusahaan dalam memenuhi standar Kecelakaan, Keselamatan, dan Keamanan (K3).
Puluhan buruh demo terkaitnya minimnya kepedulian perusahaan pada keselamatan para pekerja di Bundaran Patung Kuda, Jakarta Pusat, Kamis (28/4). (CNN Indonesia/Priska Sari Pratiwi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Puluhan buruh yang tergabung dalam Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI) melakukan unjuk rasa di Bundaran Patung Kuda, Jakarta Pusat, sebagai bentuk protes minimnya kepedulian perusahaan dalam memenuhi standar Kecelakaan, Keselamatan, dan Keamanan (K3) bagi buruh. Aksi ini juga bertepatan dengan hari kecelakaan para pekerja di seluruh dunia yang jatuh pada 28 April.

Para buruh berkeliling di Bundaran Patung Kuda sambil membawa sejumlah spanduk bertuliskan tuntutan mereka terkait kecelakaan kerja yang masih sering terjadi. Mereka juga membacakan sejumlah tuntutan diiringi yel-yel yang diciptakan para buruh.

Pimpinan kolektif KBPI Ilhamsyah mengatakan, perusahaan mestinya memberikan pelatihan pada buruh sejak perekrutan kerja. Tingginya kecelakaan kerja pada buruh di Indonesia menunjukkan rendahnya kepedulian perusahaan pada urusan K3. Banyak buruh yang mengalami luka hingga kematian lantaran kurangnya standar operation procedure (SOP) dari perusahaan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada perusahaan yang manajemen K3-nya sudah baik. Tapi mayoritas abai karena harus keluar biaya lagi untuk pelatihan," ujar Ilham di kawasan Bundran Patung Kuda, Jakarta Pusat, Kamis (28/4).

Perusahaan juga tak memberi standar yang baik untuk peralatan kerja buruh. Ilham menceritakan, di sejumlah pabrik masih ada buruh yang menggunakan masker sekadarnya. Padahal setiap hari buruh tersebut mesti berhadapan langsung dengan zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan.

Berkaca pada ledakan yang terjadi di PT Mandom, Bekasi, beberapa waktu. Menurut Ilham, kecelakaan ini terjadi karena perusahaan abai pada standar peralatan bagi para pekerjanya.

Selain buruh pabrik, perusahaan juga kerap mengabaikan keamanan kerja sopir truk angkut barang. Hal ini, kata Ilham, terjadi karena perusahaan masih kerap menganggap sopir sebagai mitra dan bukan buruh.

"Padahal sopir itu waktu kerjanya panjang. Orang sudah lelah akhirnya kecelakaan. Ini kan mesti diperhatikan perusahaan," katanya.

Lebih jauh Ilham menilai, adanya asuransi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan tak begitu berpengaruh pada buruh. Sebab tak semua perusahaan mau mengikutsertakan buruhnya sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan

"Ini yang kami minta mestinya negara bisa memberikan keamanan bagi para buruh. Jika perusahaan tidak bisa, maka negara menjadi pengontrolnya," ucap Ilham. (obs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER