Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian Resor Cirebon, Jawa Barat, menurunkan 12 aktivis lingkungan yang memanjat crane di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cirebon untuk memrotes pencemaran lingkungan.
Mereka dibawa ke markas kepolisian untuk didata dan diperiksa lebih lanjut terkait aksi itu.
"Sudah berhasil kami evakuasi secara paksa, ke-12 aktivis yang memanjat," kata Kepala Kepolisian Resor Cirebon Ajun Komisaris Besar Sugeng Hariyanto, seperti dilansir
Antara, Minggu (15/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belasan aktivis itu tergabung dalam koalisi "Break Free" yang terdiri dari Greenpeace Indonesia, Wahana Lingkungan Indonesia dan Jaringan Advokasi Tambang.
Mereka membentangkan spanduk di atas crane tersebut dan memblokade aktivitas bongkar muat batu bara di PLTU.
Para aktivis meminta pemerintah Indonesia meninggalkan batu bara sebagai sumber energi. Menurut Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Arif Fiyanto, penggunaan batu bara berdampak buruk pada lingkungan dan keselamatan warga.
Menurut laporan organisasi tersebut, bekerjasama dengan Universitas Harvard, polusi dari pembangkit listrik batu bara telah menyebabkan 6.500 kematian dini per tahun.
"Setiap pembangkit listrik tenaga batu bara baru berarti risiko kesehatan tinggi bagi rakyat Indonesia," ujarnya.
"Dan kematian terjadi lebih cepat dari waktunya akibat stroke, serangan jantung, kanker paru-paru, penyakit jantung dan pernapasan lainnya," katanya.
Pembangunan PLTU Cirebon merupakan salah satu proyek pemerintah, bekerja sama dengan salah satu investor asal Jepang, Japanese Bank for International Cooperation (JBIC).
PLTU Cirebon merupakan salah satu PLTU yang memiliki proyeksi kapasitas di bawah 35000 MW dalam target pengoperasiannya.
Unit pertama PLTU Cirebon telah beroperasi sejak Juli 2012 lalu. Namun dalam pengoperasiannya, PLTU ini kerap terhalang sejumlah masalah, seperti insiden meledaknya unit turbin September 2014 silam.
(abm)