Jakarta, CNN Indonesia -- Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo membantah rumor perpecahan internal di kalangan anak buahnya terkait isu penuntasan dugaan kasus pelanggaran hak asasi manusia 1965.
“Tidak ada (perbedaan di internal TNI). Saya jamin TNI solid,” kata Gatot usai acara penganugerahan Bintang Bhayangkara dari Kapolri kepada dia dan tiga kepala staf TNI di Mabes Polri, Jakarta, Senin (16/5).
Isu perpecahan mulai terdengar sejak Simposium Nasional Membedah Tragedi 1965 digelar. Ketua Panitia Pengarah simposium itu, Letnan Jenderal Purnawirawan Agus Widjojo, mendapat kritikan dari sejumlah koleganya sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Panitia Simposium sejak awal mendapat tentangan dari semua lini dengan alasan masing-masing. Bukan hanya masyarakat yang terkotak-kotak dalam diametral tajam kata mantan Kepala Staf Teritorial TNI dan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional itu, mengisyaratkan perbedaan pendapat di internal militer terkait Simposium 1965.
Agus yang merupakan putra Mayor Jenderal Anumerta Sutoyo Siswomiharjo –salah satu korban Gerakan 30 September– berharap masyarakat dapat belajar dari masa lalu dengan membicarakan Tragedi 1965 secara terbuka melalui pendekatan kesejarahan yang objektif.
Sementara terkait isu komunisme yang merebak belakangan, Panglima TNI meminta masyarakat waspada dan tak terprovokasi dalam kemungkinan upaya adu domba.
“Mari wujudkan persatuan. Itu (komunisme) sudah masa lalu, sebagai peringatan supaya tidak terjadi lagi di masa kini,” kata Gatot.
(agk)