Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menegaskan upaya deradikalisasi tidak berarti menentang ajaran Islam.
"Deradikalisasi bukan deislamisasi, kami justru kembali kepada ajaran Islam yang seharusnya," kata Staf Khusus Kedeputian I bidang Deradikalisasi dan Pencegahan, Suaib Tahir, Rabu (1/6).
Hal tersebut disampaikan dalam sebuah seminar bertema deradikalisasi di Jakarta yang diselenggarakan Gerakan Pemuda Islam Indonesia. Di hadapan peserta, Suaib mengatakan BNPT sama sekali tidak membenci Islam meski rajin melakukan upaya berkaitan dengan agama tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya haqul yakin BNPT tidak membenci Islam. Malah bapak-bapak di BNPT banyak yang berwawasan Islam luas," ujarnya.
Suaib menjelaskan, deradikalisasi Islam lebih sering muncul ke permukaan karena kebanyakan pihak yang terkait dengan terorisme melakukan aksinya mengatasnamakan Islam.
Suaib menjamin, jika ada tindakan teror yang mengatasnamakan agama selain Islam, tindakan serupa juga akan dilakuan BNPT.
Bertepatan dengan hari Kebangkitan Pancasila, Suaib juga mengatakan Indonesia sudah mempunyai falsafah yang sangat cocok dengan masyarakat dan keadaan negara.
Dia khawatir, jika khilafah Islam didirikan di Indonesia, keadaan negara akan kacau balau seperti di Timur Tengah. "Indonesia beruntung punya Pancasila," ujarnya.
Suaib mengatakan negara-negara di Timur Tengah banyak yang tidak mempunyai konstitusi pasti sehingga dasar negaranya dapat diubah-ubah, bergantung pada sosok pemimpinnya. Hal ini memudahkan negara diintervensi asing dan kacau balau.
"Jangan sampai Indonesia jadi seperti Timur Tengah," ujarnya.
Walau demikian, Suaib menegaskan, BNPT tidak mengidentikkan khilafah dengan terorisme. Khilafah sejatinya, kata Suaib, adalah sistem yang diciptakan sahabat-sahabat Nabi Muhammad. Namun kini oleh orang-orang yang berideologi radikal, khilafah diklaim sebagai cara yang mereka tempuh.
(sur)