Jakarta, CNN Indonesia -- Fenomena banjir rob dan gelombang pasang di sejumlah wilayah pesisir Indonesia diperkirakan masih berlangsung hingga pekan ketiga bulan Juni 2015. Kondisi tersebut tak terlepas dari gejala pasang laut dan angin munson timur yang terjadi hampir berbarengan.
Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG Kukuh Ribudiyanto menyatakan kondisi pasang tertinggi di perairan saat ini tercatat mulai mengalami penurunan di ketinggian 0,9 meter.
Namun dia memprediksi ketinggian permukaan air laut akan kembali mengalami peningkatan pada pertengahan bulan Juni, atau pekan ketiga bulan ramadan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Air pasang tertinggi diperkirakan terjadi pada tanggal 17-22 Juni dengan ketinggian mencapai 1,1-1,2 meter," ujar Kukuh saat dihubungi Jumat (10/6).
Kukuh mengatakan prediksi air pasang itu belum dipadukan dengan gejala angin munson timur, atau angin timuran, yang belakangan menyebabkan gelombang tinggi dan banjir rob di sejumlah wilayah perairan Indonesia.
BMKG, kata Kukuh, bisa memprediksi gejala air pasang jauh-jauh hari dengan cara mengukur gravitasi bulan yang dapat diprediksi secara berkala. Namun untuk mencari prediksi paduan air pasang dengan gelombang tinggi yang disebabkan angin munson, BMKG hanya bisa melakukan prakiraan per mingguan.
"Itu sangat dinamis. Tapi untuk (prediksi) jangka panjang secara klimatologis, munson biasanya semakin kuat di puncak kemarau," kata Kukuh.
Kukuh mengatakan Indonesia saat ini tengah mengalami kemarau basah, yang ditandai dengan turunnya hujan, cuaca hangat di permukaan laut Samudera Hindia yang mendistribusi pertumbuhan awan hujan.
Dengan kata lain, ujar Kukuh, pancaroba yang melanda Indonesia sangat mempengaruhi dinamika gejala atau fenomena alam.
"Yang menjadikan heboh kemarin itu memang gelombang tinggi. Gabungan dari keduanya (munson dan air pasang) kemarin cukup parah, tanggul jebol, air laut masuk ke tambak," kata Kukuh.
Kukuh berharap gelombang tinggi dan air pasang bisa mereda jelang lebaran agar arus mudik transportasi laut bisa berjalan normal. Bagaimanapun, dia mengimbau kepada masyarakat saat ini untuk sementara menghindari aktivitas di wilayah perairan yang rawan dengan pasang laut dan gelombang tinggi.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebelumnya merilis terdapat 23 kabupaten atau kota di Pulau Jawa yang terserang banjir rob dan gelombang pasang.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Indonesia Sutopo Purwo Nugroho, gelombang pasang dan banjir rob menimbulkan kerugian ekonomi hingga miliaran rupiah. Untungnya, peristiwa tersebut tidak merenggut korban jiwa.
"Di daerah pesisir selatan Jawa, ratusan bangunan meliputi rumah, gazebo, warung, talud pantai, dan bangunan di pantai mengalami kerusakan," kata Sutopo dalam keterangan tertulis, kemarin.
Menurut data BNPB, 300 jiwa anak-anak dan perempuan di Lumajang mengungsi. Sebanyak 891 jiwa masyarakat mengungsi di 11 titik pengungsian di Kabupate Pekalongan. Di Kecamatan Tirto, Wiradesa, Wonokerto, dan Siwalan sekitar 5.937 unit rumah terendam banjir rob.
Bukan hanya itu, 15 kawasan wisata pantai di pesisir selatan Yogyakarta pun mengalami kerusakan akibat gelombang laut setinggi lima hingga tujuh meter.
Di kawasan wisata pantai di Gunung Kidul terdapat 101 gazebo, 21 warung, 3 bangunan SAR, dan beberapa talud yang rusak. Lalu, di Kulon Progo, kerusakan meliputi 54 warung, 7 perahu, 5 tambak udang dan beberapa bangunan wisata. Di Bantul kerusakan meliputi 30 warung, perahu, dan posko.
Untuk itu, BNPB mengimbau kepada masyarakat pesisir Indonesia untuk selalu waspada, hati-hati, dan mengikuti semua aturan yang ada.
(gil)