Jakarta, CNN Indonesia -- Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat akan merayakan 1 Syawal Idul Fitri pada Kamis (7/7). Keputusan itu diambil berdasarkan penanggalan Sultan Agung atau penanggalan Jawa Islam yang dianut keraton.
"Penghitungan tahun di Keraton Ngayogyakarta ini sudah dilakukan secara teliti dan cermat dengan rumus yang baku. Bahkan siklus ini sudah dihitung hingga 120 tahun ke depan," ujar Wakil Penghageng Tepas Tanda Yekti Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat KPH Yudhahadiningrat seperti diberitakan Antara di Yogyakarta, Selasa (5/7).
Yudha mengatakan, setiap siklus delapan tahun, ada tiga kali masa penanggalan yang berbeda antara penanggalan Sultan Agung dengan penanggalan Masehi menentukan 1 Syawal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perbedaan penanggalan itu terjadi pada tahun ini yang merupakan tahun 1949 Jimawal versi penanggalan Sultan Agung.
Meski mengikuti penanggalan Sultan Agung, menurut Yudha, Sultan tetap akan melaksanakan Salat Ied di Alun-alun Utara Keraton besok, Rabu (6/7). Hal itu dilakukan Sultan lantaran selain sebagai Raja Keraton, dirinya juga merupakan representasi kepala pemerintah di daerah.
"Jadi meski punya penanggalan sendiri pada dasarnya Keraton tetap akomodatif dan menghargai perbedaan pendapat mengenai penanggalan itu," kata Yudha.
Menurut Yudha, perayaan lebaran ala Keraton Ngayogyakarta Kamis lusa akan ditandai dengan penyelenggaraan Gerebeg Syawal serta acara "Ngabekten" yang merupakan tradisi turun temurun di lingkungan Keraton sejak zaman Panembahan Senopati.
Putri keempat Sri Sultan HB X, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu menjelaskan Ngabekten merupakan prosesi saling memaafkan antara abdi rakyat dan rajanya, sekaligus menunjukkan loyalitas atau bakti seorang abdi atau rakyat kepada rajanya.
Adapun Ngabekten sendiri akan dilaksanakan di Bangsal Kencana Keraton Yogyakarta yang dibagi tiga sesi. Sesi pertama digelar khusus untuk Wakil Gubenur, Bupati, Wali Kota, serta SKPD lainnya serta para pangeran, sesi kedua untuk abdi dalem berpangkat wedono, dan sesi ketiga untuk darah dalem atau keluarga keraton.
(gil)