Jakarta, CNN Indonesia -- Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Gatot Nurmantyo mengungkapkan usia helikopter milik Angkatan Darat yang jatuh di Solo akhir pekan lalu sudah berusia 37 tahun. Seharusnya, kata Gatot, alutsista setua itu tak boleh lagi digunakan untuk kegiatan operasional.
Tak hanya usianya yang sudah tua, mesin di helikopter jenis tersebut hanya satu alias single engine sehingga berpotensi kecelakaan seandainya mesinnya mati.
"Yang jelas itu single engine, mesinnya hanya satu dan sudah 37 tahun beroperasi," kata Gatot saat ditemui di Istana Negara, Senin (11/7).
Gatot menjelaskan sekarang TNI Angkatan Darat memiliki delapan helikopter yang kondisinya bermacam-macam. Khusus untuk yang usianya sudah 37 tahun, seperti yang jatuh di Solo, Gatot memerintahkan Kepala Staf Angkatan Darat untuk tidak mengoperasikannya sebagai operasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk saat ini, kata dia, heli tersebut hanya boleh digunakan untuk kepentingan latihan saja. "Saya sampaikan ke KSAD ini tak boleh lagi untuk operasional," katanya.
Terkait dengan desakan agar alutsista TNI segera diperbaharui, Gatot mengatakan hal itu tak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Perlu proses untuk bisa memperbaharui helikopter menjadi jenis Puma.
Proses tersebut, lanjut Gatot, membuat helikopter yang ada jangan dulu diterbangkan sebelum semuanya selesai diperbaharui.
Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Brigjen Sabrar Fadhilah mengatakan helikopter yang jatuh di Sleman, Yogyakarta, digunakan sepenuhnya untuk keperluan Komando Daerah Militer IV/Diponegoro yang berpusat di Semarang, Jawa Tengah. Pesawat milik TNI AD itu, ujar Sabrar, telah diserahkan kepada Panglima Kodam/IV sebagai bawah kendali operasi (BKO).
Helikopter yang jatuh digunakan untuk keperluan pengamanan Presiden. Pengamanan yang dimaksud itu, kata Sabrar, bukan berarti helikopter tersebut akan digunakan oleh Presiden, namun untuk patroli keamanan Presiden yang merupakan bagian dari tugas komando dan pengendalian Kodam.
"Kebetulan jadwal Presiden akan ada di sana, tapi pengamanan Presiden bukan berarti kemudian helikopter itu digunakan untuk Presiden. Pesawat (helikopter) Presiden kan ada yang VVIP, bukan yang (jatuh) itu," ujar Sabrar.
Menurut Komandan Komando Distrik Militer 0732/Sleman, Letnan Kolonel Joko Sujarwo, evakusi badan helikopter Bell HA-5073 milik TNI AD yang jatuh di Dusun Kowang, Tamanmartani, Kalasan, Kabupaten Sleman, melibatkan 100 personel TNI AD di bawah koordinasi dari Pusat Penerbang TNI Angkatan Darat (Puspenerbad).
"Semuanya sudah diamankan, termasuk benda-benda yang berpotensi menimbulkan kebakaran seperti bahan bakar avtur dan lainnya," kata Joko.
Selanjutnya Mabes TNI AD akan menyelidiki penyebab jatuhnya helikopter. Untuk itu tim investigasi segera dibentuk.
Kodim Sleman mengucapkan terima kasih kepada warga Dusun Kowan yang banyak membantu proses evakuasi helikopter, termasuk menolong para korban.
Sebelum jatuh, helikopter tersebut sekitar pukul 15.16 WIB mengalami masalah dan dinyatakan hilang kontak di atas Dusun Kowang, Desa Tamanmartani. Helikopter kemudian jatuh di dusun itu, menimpa dua rumah masyarakat yang sedang kosong.
Korban seluruhnya merupakan personel TNI AD. Ada enam tentara yang diangkut helikopter itu. Tiga orang meninggal dunia, yakni Letda Cpn Angga Juang, Serda Yogi Riski Sirait, dan Fransiska Agustin. Sementara tiga orang lainnya luka berat, yaitu Kapten Cpn Titus Sinaga, Serka Rohmat, dan Kopda Sukoco.
Kecelakaan helikopter dan pesawat berulang kali terjadi. Pada Februari lalu, pesawat latih taktis Super Tucano buatan Brasil milik TNI AU jatuh di permukiman padat penduduk di Blimbing, Malang, Jawa Timur. Kecelakaan itu menyebabkan pilot dan kopilot meninggal dunia. Nyawa dua warga yang rumahnya tertimpa pesawat itu juga ikut melayang.
Pada Maret lalu, helikopter milik TNI AD jatuh di Desa Kasiguncu, Poso, Sulawesi Tengah. Jatuhnya helikopter ini menyebabkan 13 orang meninggal dunia.
(yul)