Jenderal Gatot Desak Filipina Izinkan TNI Operasi Militer

Aulia Bintang Pratama | CNN Indonesia
Senin, 11 Jul 2016 16:00 WIB
WNI yang disandera tak juga bebas. Jika TNI tak boleh masuk Filipina, ujar Gatot, biar saja negeri itu mati lampu kena moratorium ekspor batu bara RI.
Jika TNI tak boleh masuk Filipina, ujar Jenderal Gatot, biar saja negeri itu mati lampu kena moratorium ekspor batu bara RI. (CNN Indonesia/Abi Sarwanto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyatakan deretan penculikan terhadap anak buah kapal asal Indonesia selama tiga bulan terakhir ini sudah masuk taraf mengkhawatirkan. Untuk itu, ujarnya, TNI siap melakukan apapun untuk membebaskan ABK yang disandera, termasuk dengan operasi militer.

Sayangnya niat menggelar operasi militer terbentur pada perizinan. Pemerintah Filipina belum mengeluarkan izin bagi militer Indonesia untuk masuk ke wilayah mereka.

“Hambatannya perizinan saja. Kami terus berusaha (mendapatkan izin). Begitu diizinkan, kami masuk dan apapun akan kami lakukan untuk pembebasan. Apapun caranya,” tegas Gatot di Istana Negara, Jakarta, Senin (11/7).
Bila izin tak juga diberikan Filipina dan warga Indonesia yang disandera tak juga berhasil dibebaskan, Indonesia tak akan mencabut moratorium ekspor batu bara ke Filipina.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Biarkan saja Filipina mati lampu karena 96 persen batu bara mereka dari Indonesia,” kata Gatot.

Mayoritas ABK Indonesia diculik dari kapal pembawa batu bara. Tujuh WNI yang disandera 20 Juni lalu misalnya diambil dari kapal yang tengah mengangkut batu bara dari Tagoloan Cagayan, Mindanao, menuju Samarinda, Kalimantan Timur.

Selama ini Indonesia memasok kebutuhan batu bara Filipina hampir 96 persen. Perdagangan antara kedua negara mencapai US$4,6 miliar dengan keuntungan US$3,19 miliar bagi Indonesia. Namun penyanderaan berulang yang menimpa ABK Indonesia membuat pemerintah RI menerapkan moratorium pengiriman batu bara ke Filipina.

Tujuh WNI yang diculik kelompok Abu Sayyaf pada 20 Juni itu, berdasarkan informasi terbaru Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, kini berada di Pulau Sulu, Filipina, dan dibagi menjadi dua kelompok dengan lokasi penyanderaan yang terus berpindah.
Belum rampung upaya pembebasan terhadap mereka, Sabtu pekan kemarin tiga ABK asal Indonesia yang berada di kapal berbendera Malaysia kembali diculik oleh kelompok yang diduga sama, yakni militan Abu Sayyaf.

The Star melaporkan, berdasarkan keterangan Komisaris Polisi Sabah Abdul Rashid Harun, komplotan penculik memerintahkan semua orang di kapal untuk berkumpul di geladak dan mengeluarkan paspor. Tiga orang di antara mereka yang membawa paspor Indonesia langsung dibawa, sedangkan sisanya dibebaskan.
(agk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER