Jakarta, CNN Indonesia -- Sekitar dua puluh orang tua dengan membawa anaknya mulai mendatangi Rumah Sakit St Elisabeth, Bekasi, sore ini, untuk mendapat klarifikasi soal adanya penggunaan vaksin palsu di RS tersebut.
Berdasarkan pantauan, para orang tua terlihat menunggu di lobi tunggu pengunjung untuk menunggu klarifikasi yang akan disampaikan oleh pengurus RS St Elisabeth.
Dini, 26 tahun, mengatakan, anak pertamanya yang kini berusia 8 bulan telah menerima vaksin sebanyak dua kali di RS tersebut. Ia menuturkan, vaksinasi di RS itu dilakukan karena berada dekat dengan kediamannya di kawasan Kemang Pratama, Bekasi.
Ia berkata, kaget dengan pengumuman dari Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Kota Bekasi yang menyatakan RS itu menggunakan vaksin palsu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kaget ada informasi terdapat vaksin palsu di RS St Elisabeth. Soalnya rumah sakit ini tergolong rumah sakit yang besar dan terkenal," ujarnya kepada CNNIndonesia.com di RS St Elisabeth, Bekasi, Jumat (15/7).
Dini datang untuk memastikan apakah anaknya menerima vaksin palsu atau tidak. Dia berharap RS bertanggung jawab apabila anaknya menerima vaksin palsu.
Di tempat yang sama, Merry, 31 tahun, menyatakan kedua anaknya telah belasan kali menerima vaksin di rumah sakit itu.
“Pemberian vaksin sejak melahirkan anak di sini. Saya tak mengira rumah sakit ini menerima vaksin palsu,” kata Dini.
Selama ini, dia harus merogoh kocek yang dalam untuk satu kali vaksin. Apalagi dia memberikan vaksin dua tipe, yaitu vaksin wajib dan vaksin anjuran.
Ia menegaskan akan menuntut RS tersebut jika kedua anaknya teridentifikasi menerima vaksin palsu. Menurutnya, vaksin itu telah merusak masa depan anaknya.
"Vaksin palsu ini pembunuh generasi. Vaksin palsu perlu mendapat perhatian tegas," ujarnya.
Ibet, 42 tahun, mengatakan, siang tadi RS St Elisabeth hanya memberikan keterangan secara lisan. Mereka sama sekali tidak secara terbuka menyampaikan jumlah dan jenis vaksin palsu apa saja yang telah digunakan.
"Mereka mengaku vaksi palsu ada pada bulan November 2015. Tapi tidak mau sebut siapa yang kena atau tidak," ujar Ibet kepada CNNIndonesia.com, di RS St Elisabeth, Bekasi, Jumat (15/7).
Ibet menyatakan kedua anaknya sejak awal menerima vaksin di RS St Elisabeth. Biaya yang dikeluarkan antara Rp600 ribu hingga Rp800 ribu. Ia mengancam dan menempuh jalur hukum jika pihak RS tidak mau bertanggung jawab.
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, terlihat ada adu mulut antara kedua belah pihak. Direktur RS St Elisabeth Antonius Yadianto terlihat juga memberi keterangan kepada para orang tua yang terlihat kesal.
Kepada awak media, Antonius memperkirakan ada lebih dari seratus anak yang menerima vaksin palsu. Ia mengklaim, hingga kini pihaknya masih melakukan identifikasi.
"Kira-kira adan seratus lebih. Tapi kita perlu data lagi," ujarnya.
Namun, saat ditanya soal alasan penggunaan vaksin palsu, Antonius memilih bungkam. Ia juga tak bergeming saat ditanya soal omzet yang diperoleh dari penggunaan vaksin palsu itu.
Setelah para orang tua menunggu beberapa saat, pihak manajemen rumah sakit mengajak mereka bertemu di sebuah ruang tertutup di lantai bawah rumah sakit. Rencananya pihak manajemen akan memaparkan data terkait vaksin palsu. Selain orang tua pasien, pihak lain, termasuk wartawan, dilarang mengikuti pertemuan itu.
RS St Elisabeth merupakan salah satu dari sekian RS yang terindikasi menggunakan vaksin palsu. Mereka diketahui membeli vaksi dari distributor tidak resmi.
Kemeterian Kesehatan menerangkan, vaksin yang dipalsukan adalah vaksin impor. Vaksin tersebut diklaim tidak memiliki efek samping. Sebelumnya, Pemerintah Kota Bekasi mengklaim hanya tiga rumah sakit di wilayah mereka yang terbukti menggunakan vaksin palsu. Hal tersebut diketahui usai Dinas Kesehatan Kota Bekasi melakukan inspeksi mendadak ke sejumlah RS di sana pada 23 Juni.
“Berdasarkan temuan vaksin palsu di 14 rumah sakit yang diumumkan Kemkes, hanya ada tiga di lingkungan (Kota) Bekasi,” ujar Wakil Wali Kota Bekasi Ahmad Syaikhu dalam konferensi pers di Kantor Wali Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (15/7).
Tiga rumah sakit di Kota Bekasi yang menggunakan vaksin palsu itu, ujar Ahmad, ialah RS St. Elisabeth, RS Pemata Bekasi, dan RS Hosana Medica.
[Gambas:Video CNN] (yul)