Dokter Harapan Bunda Beli Vaksin Palsu dari Penjual Tak Resmi

Martahan Sohuturon | CNN Indonesia
Senin, 18 Jul 2016 13:51 WIB
Dokter RS Harapan Bunda yang menjadi tersangka vaksin palsu juga memberikan vaksin tersebut kepada anak dan cucunya karena tidak tahu vaksin itu palsu.
Suasana Pokso Vaksin Palsu di RS Harapan Bunda, Jakarta Timur. (Detikcom/Ahmad Ziaul)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dokter Rumah Sakit (RS) Harapan Bunda, Jakarta Timur, Indra Sugiarno, mengaku membeli vaksin palsu dari penjual tak resmi berinisial S. Dia mengaku terpaksa melakukan hal itu karena ada permintaan vaksinasi dari calon pasien namun Harapan Bunda tidak memiliki persediaan saat itu.

Fahmi Rajab, pengacara dokter Indra Sugiarno, mengatakan, meski kliennya tahu bahwa S adalah penjual tak resmi, namun dia tidak tahu bahwa vaksin yang dijual adalah palsu.

Kelangkaan vaksin yang terjadi di Harapan Bunda terjadi sejak Januari lalu. Indra ditetapkan menjadi tersangka vaksin palsu oleh Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Badan Reserse Kriminal Polri, Jumat (15/7). Selain Indra, polisi telah menetapkan 22 nama lainnya sebagai tersangka vaksi palsu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fahmi menceritakan, pada Februari lalu seorang pasien meminta vaksinasi kepada Indra. Namun Harapan Bunda tidak memiliki persediaan vaksin, Indra lantas membeli obat tersebut dari seorang penjual tidak resmi berinisial S.

Saat membeli, menurutnya, Indra sempat mempertanyakan keaslian vaksin. Penjual pun mengonfirmasi bahwa vaksin tersebut asli.

"Dia (Indra) tidak pernah tahu vaksin itu asli atau palsu. Itu bukan kewajiban dokter," kata Fahmi saat bersama kakak kandung Indra, Darmayanti, berserta keponakannya, usai menyambangi Badan Reserse Kriminal Polri, Jakarta, Senin (18/7).

Menurut Fahmi, Indra justru telah menjadi korban perdagangan vaksin palsu. Sebab vaksin yang dibeli secara ilegal itu juga diberikan kepada anak dan cucunya.

Terkait harga penjualan vaksin ke pasien, Fahmi mengatakan, kliennya tidak tahu. Sebab sebagai seorang dokter Indra hanya bertugas menyuntikkan vaksin ke dalam tubuh pasien.

"Itu (harga) yang tahu suster," katanya.

Fahmi menyoalkan mengapa polisi hanya menetapkan Indra sebagai tersangka pemberi vaksin palsu dari RS Harapan Bunda. Padahal kekosongan vaksin di RS itu telah membuat seluruh dokter spesialis anak membeli vaksin secara ilegal.

Untuk itu, Fahmi mengaku akan berkoordinasi dengan aparat kepolisian mengenai keterlibatan sejumlah dokter spesialis anak di Harapan Bunda dalam pemberian vaksin palsu.

"Dokter lain juga ada sales yang menawarkan, pengakuan dokter Indra begitu. Bukan dokter Indra saja, sales ke semua dokter spesialis anak di Harapan Bunda juga ditawarkan dan menggunakan," ucapnya.

Terkait proses hukum terhadap Indra, Fahmi akan mengajukan penangguhan penanganan.

Istri Indra, Dini, menolak suaminya dijadikan tersangka dugaan pemberian vaksin palsu. Dalam keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com, dia mengatakan suaminya tidak tahu telah memberikan vaksin palsu kepada pasien selama ini.

Buktinya, vaksin yang sama juga diberikan pada anak serta cucunya.

Dini menyatakan, suaminya tidak pernah mencari untung lewat bisnis vaksin palsu. Pendapatan Indra sehari-sehari sebagai dokter anak sudah lebih dari cukup.

Apalagi anak-anaknya sudah hidup mapan. "Pendapatannya sehari bisa mencapai Rp6 juta. Kebutuhan enggak banyak. Anak kami tiga orang sudah jadi semua, sudah mapan. Tinggal dua, satu kuliah, satu SD,” katanya.

Terkait informasi bahwa dokter Indra menerima Rp6 juta per bulan dari vaksinasi, Dini membantah hal itu. Uang yang diperoleh dari hasil penjualan vaksin dipegang oleh suster dan dibagikan pada petugas kebersihan.

Menurut Dini, Indra juga tinggal di pinggiran kota sehingga biaya hidupnya tidak terlalu tinggi. “Buat apa kami berbisnis seperti itu?” tutur Dini.

Diberitakan sebelumnya, sebanyak 60 anak yang melakukan vaksinasi di RS Harapan Bunda menjalani vaksinasi ulang hari ini. Kementerian Kesehatan (Kemkes) menghubungi sebanyak 257 orangtua pasien, termasuk orangtua yang anak-anak menjalani vaksinasi di Bidan Elly sebanyak 197 orang.

Menurut Ketua Tim Satuan Tugas Penanggulangan Vaksin Palsu Kemkes Maura Linda Sitanggang, orangtua akan dihubungi untuk membawa anaknya melakukan pemeriksaan kesehatan pada Senin mendatang (18/7).

"Kami akan panggil mereka untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dan jika diperlukan imunisasi ulang," kata Linda Gedung Kemkes, Jakarta, Sabtu (16/7).

Jumlah tersebut akan terus bertambah dari hasil penyidikan terhadap pelayanan kesehatan lain yang dilakukan tim satgas yang terdiri dari Kemkes, Bareskrim Polri, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Anak yang terpapar vaksin palsu dari Bidan Elly akan menjalani pemeriksaan di kelurahan setempat. "Sekarang sedang disiapkan beberapa tempat untuk imunisasi," kata Sekretaris Jenderal Kemkes Untung Suseno Sutarjo. (rdk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER