Jakarta, CNN Indonesia -- Kegelisahan tampak tergambar di wajah seorang ibu yang siang itu mendatangi Rumah Sakit Harapan Bunda, Jakarta. Erlis T, (32), datang untuk meminta pertanggungjawaban pihak rumah sakit yang telah mengimunisasi anaknya dengan menggunakan vaksin palsu.
Erlis menahan tangis atas penderitaan anaknya yang baru berusia sembilan bulan. Buah hati kesayangannya menderita gangguan kulit gatal-gatal serta bisul di kulit kepala setelah menerima vaksinasi di Rumah Sakit Harapan Bunda beberapa waktu lalu.
Di halaman belakang Rumah Sakit Harapan Bunda, siang (20/7) tadi, Erlis menceritakan penderitaan anaknya itu kepada CNNindonesia.com. "Habis divaksin kulitnya jadi bercak merah, awalnya saya kira itu biang keringat. Tapi malah muncul banyak bisul di (kulit) kepala," ungkap Erlis di halaman belakang rumah sakit yang siang itu diubah menjadi posko c
risis center oleh orangtua terdampak vaksin palsu.
Erlis mengaku sempat memeriksakan anaknya ke rumah sakit. Pihak rumah sakit menyatakan bahwa anaknya menderita alergi kulit. Ia tak percaya dengan keterangan rumah sakit. Erlis juga tak mempercayai pernyataan pemerintah yang sebelumnya menyatakan tidak ada efek samping kepada anak terdampak vaksin palsu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya enggak percaya, kalau alergi harusnya dari awal. Ini kenapa habis divaksin malah seperti ini, terus nggak sembuh-sembuh sampai sekarang," kata Erlis. "Itu bagaimanapun pasti ada bahaya. Buktinya anak saya. Itu sama saja meracuni anak-anak dengan imunisasi," imbuhnya.
Seperti Erlis, Dian Widyanti (34) juga melihat ada kejanggalan pada anaknya setelah mendapat vaksinasi di Rumah Sakit Harapan Bunda, Maret lalu. Setelah vaksinasi, kata Dian, pertumbuhan anaknya tergolong lambat dibandingkan pertumbuhan anak-anak lain yang sebaya. Putrinya juga mudah terserang penyakit.
Singkatnya, setelah divaksinasi, daya imun buah hatinya menjadi lemah. "Yang saya tahu habis vaksin anak memang bisa demam. Tapi hanya satu-dua hari saja. Anak saya beda, kepanasan sedikit demam, kedinginan sedikit demam. Mudah sakit,
mbak," tutur Dian.
Ibu yang lain, Diamini Herlin (38) mengaku cemas atas kondisi anaknya setelah mendapat vaksinasi di Rumah Sakit Harapan Bunda Jakarta. "Anak saya divaksin di sini waktu bayi. Sekarang sudah enam tahun. Dia masih dapat vaksin suntik juga di sekolah. Tapi, siapa yang bisa pastikan kalau vaksinnya bukan palsu," ungkapnya.
Herlin mengatakan, hingga saat ini tidak ada kejelasan dari pihak Rumah Sakit Harapan Bunda terkait nasib para anak yang diduga terdampak vaksin palsu. Sikap rumah sakit juga bagi herlin tidak kooperatif dan terkesan acuh. "Crisis center aja kita bangun sendiri,
mbak. Ini di parkir belakang. Enggak disediakan tempat yang layak. Kami korban di sini," katanya.
Herlin bersama para orangtua yang tergabung dalam Aliansi Korban Vaksin Palsu mengaku tidak menuntut pertanggungjawaban berbentuk materi, baik kepada rumah sakit atau pemerintah.
Herlin mengungkapkan, pihaknya hanya ingin mengetuk hati nurani pemerintah dan para pelaku pemberi vaksin palsu untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. "Tersangka itu ada yang perempuan,
mbak. Dia juga pasti jadi orangtua. Punya anak, kami juga sama, ini anak kami jadi korban, jadi tolonglah hati nuraninya ke mana," tutur Herlin.
(wis)