Orang Tua Korban Vaksin Palsu Duga Anaknya Korban Malapraktik

Alfani Roosy Andinni | CNN Indonesia
Senin, 25 Jul 2016 16:23 WIB
Riskey menduga ada dampak dari vaksin yang diduga ilegal itu. Sebab, pada lipatan paha putranya muncul bintik mirip bisul dan mengeluarkan nanah.
Aliansi Orang Tua Korban Vaksin Palsu di Komnas PA, Senin (25/7). (CNN Indonesia/Alfani Roosy Andinni)
Jakarta, CNN Indonesia -- Orang tua korban vaksin palsu Riskey Lorensiea (33) menduga anaknya tak hanya terpapar vaksin palsu tapi juga menjadi korban malapraktik di Rumah Sakit Harapan Bunda Jakarta. Hal itu diungkapkan Riskey saat menyampaikan keluhannya di Kantor Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Jakarta, Senin (25/7).

Riskey bercerita, awalnya dia hanya ingin memeriksakan anaknya yang berusia 6,5 bulan ke RS Harapan Bunda lantaran sedang sakit batuk. Namun, perawat yang berjaga menganjurkannya untuk melakukan vaksinasi.

"Suster nyuruh agar anak saya divaksin. Tapi bayar vaksinnya enggak lewat kasir. Saya diajak ke ruangan kosong," katanya.
Riskey menduga ada dampak dari vaksin yang diduga ilegal itu. Sebab, pada lipatan paha putranya muncul bintik mirip bisul dan mengeluarkan nanah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bisul muncul setelah anak saya menerima vaksin BCG yang diberikan dokter ke anak saya kira-kira bulan Maret," ucapnya.

Riskey segera berkonsultasi ke bidan setelah dirinya mengetahui RS Harapan Bunda menjadi salah satu rumah sakit yang menggunakan vaksin palsu. "Kata bidan ini salah penyuntikan, karena terlalu dalam. Kemudian dosis yang diberikan juga berlebihan," tuturnya.

Selain konsultasi ke bidan, Riskey memeriksakan anaknya ke dokter yang berjaga di RS Gatot Subroto.

"Hasil pemeriksaan sama. Dokter TNI dari RS Gatot Subroto namanya dokter Yenny juga bilang ada salah penyuntikan terlalu dalam dan dosisnya tinggi. Berarti kan ini bisa diduga ada malapraktik," ucapnya.
Aliansi Orang Tua Korban Vaksin Palsu di RS Harapan Bunda hari ini sengaja menyambangi Komnas PA. Para orang tua berharap, Komnas PA dapat menjembatani para orang tua korban vaksin palsu untuk bertemu dengan pihak RS Harapan Bunda.

"Saat ini kami mau ketemu dokter saja susah. Sementara kami diombang-ambing oleh pernyataan dari rumah sakit dan pemerintah," kata Herlin salah satu orang tua yang hadir di Komnas PA.

Herlin mengaku butuh kejelasan sejak kapan RS Harapan Bunda memakai vaksin palsu. Sebab, keterangan pihak manajemen rumah sakit dengan Kementerian Kesehatan berbeda.

"RS Harapan Bunda bilang penggunaan vaksin palsu oleh oknum rumah sakit hanya berlangsung sejak Maret- Juni 2016. Sementara Menkes Nila F Moeloek menyebutkan vaksin palsu beredar sejak 2003. Di sini kami butuh kejelasan dari pihak rumah sakit," ujar Herlin.

Komnas PA Berikan Pendampingan

Sekretaris Jenderal Komnas PA Danang Sasongko menegaskan akan mendampingi orang tua yang anaknya diduga terpapar vaksin palsu. Dia mengatakan, pihaknya akan membantu memediasi antara orang tua korban dan pihak RS Harapan Bunda.

"Dalam dua atau tiga hari ini kami akan secepatnya membuat surat ke pihak RS Harapan Bunda," kata Danang.

Dia juga akan memberikan surat secara resmi kepada Kementerian Kesehatan. Hal itu agar pemerintah terus mengawal dan memantau kasus vaksin palsu ini.

Dia meminta orang tua korban vaksin palsu menyerahkan kronologi dan data terkait dugaan vaksin palsu di RS Harapan Bunda. Menurutnya, data konkret dari para orang tua dapat menguatkan langkah Komnas PA dalam melakukan pendampingan.

"Kami butuh database, berapa banyak orang tua korban yang tergabung dalam aliansi. Kronologi juga akan membuktikan dampak vaksin palsu sangat berbahaya," tuturnya.
Komnas PA telah membuat posko vaksin palsu. Orang tua yang anaknya menjadi korban dapat langsung datang ke kantor Komnas PA di Jalan TB Simatupang, Jakarta Timur. "Para orang tua bisa langsung mendaftar dengan menjelaskan kronologi dari mulai pemberian vaksin, hingga dampaknya," ucapnya. (wis)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER