Jakarta, CNN Indonesia -- Pengemudi layanan transportasi berbasis online Gojek menuntut transparansi perusahaan dalam pengambilan kebijakan terhadap berbagai layanan yang diberikan kepada pengguna Gojek.
Pengemudi Gojek selama ini merasa dirugikan dengan berbagai layanan yang diberikan oleh pihak perusahaan. Tarif murah yang diberikan perusahaan kepada konsumen, misalnya, dianggap sangat merugikan pendapatan para pengemudi Gojek.
Salah satu pengemudi Gojek, Dirman (29), mengatakan selama ini perusahaan kerap mengeluarkan kebijakan sepihak tanpa meminta persetujuan pengemudi yang bekerja di lapangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Misalnya masalah tarif Rp12 ribu persekian kilometer itu tidak ada rembukan dulu sama kami (pengemudi). Tiba-tiba ada pengumuman dan besoknya itu sudah berlaku," Kata Dirman saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (16/8).
Dirman juga menyayangkan kebijakan sistem rating dan bintang yang saat ini diterapkan perusahaan. Menurutnya kebijakan tersebut memberatkan pengemudi untuk mendapatkan bonus setiap kali memberikan pelayanan.
Sistem poin dan bintang dirasa merugikan pengemudi, pasalnya untuk mendapatkan bonus pengemudi harus mencapai jumlah bintang yang ditentukan perusahaan. Bintang yang tersebut diperoleh dari nilai rating yang diberikan konsumen terhadap pengemudi.
"Masalahnya si konsumen itu kadang tidak kasih rating, seringnya malah ngomel, kami lagi yang kena. Sekarang mau dapat bonus susah," katanya.
Fauzi (42), pengemudi Gojek yang telah bekerja selama satu tahun, juga mengaku kecewa dengan kebijakan baru yang terus diubah oleh perusahaannya. Dia juga menyayangkan kurangnya transparansi setiap kebijakan yang diambil oleh para petinggi perusahaan.
"Kami ini memang hanya pengemudi, jadi mereka ini (perusahaan) melihat kami itu seperti yang 'kalau butuh ya silakan gabung, kalau enggak ya keluar'. Tapi dengan prinsip seperti itu kami jadi diperas banget tenaganya," kata Fauzi.
Menurut Fauzi, sistem bagi hasil dan penghitungan pendapatan dari Gojek adalah 80:20, setiap pengemudi wajib membayarkan 20 persen dari tarif yang diberikan oleh konsumen. Sedangkan, untuk bensin, masker, pulsa, serta paket data secara keseluruhan ditanggung oleh pengemudi.
"Semua kami yang tanggung, tapi kebijakan mereka yang bikin. Kami rugi dong," kata Fauzi.
Gelombang protes pengemudi Gojek terhadap kebijakan perusahaan terjadi sejak kemarin. Para pengemudi mempertanyakan kebijakan pemangkasan tarif yang diputuskan sepihak oleh manajemen perusahaan.
Di Bandung, pengemudi Gojek se-Bandung Raya mempertanyakan pemangkasan tarif jasa angkut perkilometer. Pemangkasan tarif itu diklaim berimbas terhadap pendapatan harian para pengemudi.
Sementara itu ribuan pengemudi Gojek menggelar aksi mogok kerja menyusul kebijakan penurunan tarif minimal atau jarak dekat. Para pengemudi berencana mogok hingga tanggal 19 Agustus sembari menanti respons manajemen Jakarta terhadap aspirasi para pengemudi di Yogyakarta.
(gil)