Sepak Terjang Basri, Teroris Tangan Kanan Santoso

Rinaldy Sofwan | CNN Indonesia
Minggu, 18 Sep 2016 12:49 WIB
Basri pernah melarikan diri pada 2013 setelah divonis 19 tahun penjara atas serangan terhadap warga kristen Poso pada periode 2001-2006.
Basri alias Bagong (tengah) salah satu anggota kelompok bersenjata Santoso Mujahidin Indonesia Timur (MIT) ketika digiring mememasuki ruangan pemeriksaan kesehatan di RS. Bhayangkara, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (14/9). (ANTARA FOTO/Fiqman Sunandar)
Jakarta, CNN Indonesia -- Basri alias Bagong disebut sebagai orang kedua paling berbahaya di kelompok teror Mujahidin Indonesia Timur yang beroperasi di Poso, Sulawesi Tengah. Sepak terjang terpidana teroris yang baru saja tertangkap ini dimulai sejak konflik keagamaan di wilayah tersebut tahun 2000-an.

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar, Jumat (16/9), mengatakan Basri melarikan diri dari Lembaga Pemasyarakatan Ampana. Catatan CNNIndonesia.com, dia melarikan diri pada 2013 setelah divonis 19 tahun penjara atas serangan terhadap warga kristen Poso, 2001-2006.

"Jadi dia melarikan diri ketika menjalani masa tahanan. Keterlibatan dia di samping saat ini yang terakhir ini juga berkaitan dengan aksi terorisme di masa lalu, ketika terjadi semacam konflik pada waktu itu di Poso," kata Boy di Markas Besar Polri, Jakarta.

Menurut Boy, saat itu Basri dan Santoso alias Abu Wardah yang kini sudah ditembak mati adalah tokoh yang ada di balik konflik berlatar belakang agama tersebut. Belakangan, Santoso diangkat menjadi Amir Mujahidin Indonesia Timur dan Basri menjadi tangan kanannya.

Dokumen yang diperoleh CNNIndonesia.com dari sumber antiteror menyebut, Basri dimasukkan ke dalam daftar pencarian orang setelah sejumlah berita acara pemeriksaan terhadap tersangka teroris menyebutkan keterlibatannya dengan kelompok Santoso, setelah dia melarikan diri dari penjara.

Saat itu, dia mengunjungi rumah istrinya di Poso, dikawal oleh seorang petugas LP. Ketika hendak dijemput, ternyata Basri sudah tidak ada di dalam rumah.

Berita acara pemeriksaan sejumlah tersangka teroris yang tertangkap itu menyebut, Basri terlibat dalam pelatihan militer yang dipimpin Santoso. Di sana, Basri berperan sebagai instruktur menembak.

Sementara Santoso sudah lebih dulu menjadi orang paling dicari Indonesia karena serangkaian aksi teror. Dokumen tersebut menyebut, kelompok Santoso dan Basri sebagai kelompok 'Tanah Runtuh'.

Berdasarkan laporan Aliansi Jurnalis Independen Palu yang berjudul 'Telaah Peran Negara dalam Penegakkan Hukum dan Merawat Rekonsialiasi di Poso', Tanah Runtuh merujuk pada insiden perburuan polisi terhadap 29 yang ada dalam daftar pencarian orang (DPO) yang menjadi tersangka terorisme di Poso dan Palu.

Saat itu, berdasarkan dokumen sumber, kelompok Tanah Runtuh berlindung dari kejaran polisi di bawah Kelompok Kayamanya yang dipimpin oleh Yasin. Kelompok Kayamanya saat itu cukup disegani karena pengalaman saat konflik dan menjadi basis pergerakan kelompok dari Jawa.

Basri dan istrinya belum lama ini ditangkap di Poso dan dibawa ke Palu. Menurut Boy, proses penyidikan seluruhnya berada di Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah dan tidak akan dibawa ke Jakarta.

Kelompok Mujahidin Indonesia Timur, menurut dia, tersisa 13 orang yang terpencar. Di antaranya adalah orang ketiga paling bahaya, yakni Ali Kalora.

Menurut Boy, Ali Kalora adalah seseorang yang terlatih dan mempunyai pengikut setia. "Karena terpencar ini jadi lebih mudah untuk kami mencarinya," kata Boy. (rdk)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER