Sebanyak 28 dari 35 Kabupaten-Kota di Jateng Rawan Longsor

Abraham Utama | CNN Indonesia
Selasa, 27 Sep 2016 13:10 WIB
Masyarakat harus memahami tanda-tanda terjadinya longsor, antara lain munculnya mata air secara tiba-tiba dan aliran sungai yang berubah menjadi keruh.
Masyarakat harus memahami tanda-tanda terjadinya longsor, antara lain munculnya mata air secara tiba-tiba dan aliran sungai yang berubah menjadi keruh. (ANTARA FOTO/Idhad Zakaria)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setidaknya 28 dari 35 kabupaten dan kota di Jawa Tengah berstatus rawan longsor. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral di provinsi itu menyatakan, seluruh pihak harus mengantisipasi potensi bencana yang akan muncul.

"Perinciannya, 2.024 desa dari 280 kecamatan di 28 kabupaten/kota memiliki titik-titik potensi rawan longsor yang harus diwaspadai," kata Kepala Dinas ESDM Jateng Teguh Dwi Paryono di Semarang, Selasa (27/9), seperti dilansir Antara.

Teguh mengatakan, lembaganya berinisiatif memberikan mitigasi kepada pemerintah daerah, berupa peta potensi kebencanaan, pemasangan alat deteksi dini, dan sosialisasi berbasis teknologi informasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, Teguh meminta masyarakat juga memahami potensi bencana yang ada di wilayah mereka. "Kami minta masyarakat mewaspadai curah hujan tinggi atau hujan selama tiga jam tanpa henti," tuturnya.

Teguh menyebut masyarakat harus mulai menjalankan prosedur siaga bencana saat melihat aliran keruh di sungai atau mata air yang secara tiba-tiba muncul.
Kepala Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Jateng Tuban Wiyoso mengatakan, musim hujan akan datang lebih cepat tahun 2016 karena pengaruh La Nina.

"Masyarakat harus mengenali tanda-tanda alam di wilayahnya sendiri. Misalnya, siang panas sore mendung dan langit tertutup awan gelap diikuti petir dan angin, itu ciri-ciri hujan lebat sehingga perlu mewaspadai longsor dan banjir," kata Tuban.

Minggu akhir pekan lalu, tanah longsor terjadi di Dusun Tambak Sari, Sidengkok, Banjarnegara. Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat, longsor itu menimpa sebuah rumah dan menyebabkan seorang warga meninggal dunia.

Juni lalu, longsor juga terjadi di kabupaten tersebut. BNPB melansir data, bencana itu menewaskan setidaknya 35 orang.
Kemarin, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menyebut alih fungsi lahan di hulu sungai sebagai faktor utama penyebab banjir dan longsor.

Menurut Siti, alih fungsi lahan yang terjadi pada sebagian besar hulu sungai-sungai di Indonesia menurunkan tingkat resapan air dan jumlah vegetasi.

"Akhirnya larinya itu ke bagian hulu. Paling gawat terjadi alih fungsi tanaman di lereng-lereng hulu sungai," ujarnya. (rel)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER