Waspada ISIS, Imigrasi Awasi WNI Pulang dari Irak dan Suriah

Joko Panji Sasongko | CNN Indonesia
Jumat, 11 Nov 2016 14:53 WIB
Data yang dimiliki Ditjen Imigrasi akan diinformasikan pada penegak hukum seperti Polri dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.
Imigrasi akan berbagi informasi soal WNI yang baru kembali dari Irak dan Suriah. (REUTERS/Stringer)
Jakarta, CNN Indonesia -- Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM akan berkoordinasi dengan lembaga lain yang menangani terorisme terkait dengan arus balik warga Indonesia dari Irak dan Suriah sebagai bagian dari ISIS. 

Kepala Bagian Humas Ditjen Imigrasi Heru Yudha Ananta mengatakan, koordinasi akan dilakukan dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Tentara Nasional Indonesia, dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Koordinasi diatur dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Dalam aturan itu, diatur soal pertukaran informasi di bawah payung Tim Pengawasan Orang Asing, di mana Imigrasi sebagai leading sector.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami berbagi data tapi bukan wewenang kami mencari tahu orang itu terlibat apa. Kami hanya memfasilitasi selama mereka berada di jalur perlintasan di imigrasi," kata Heru kepada CNN Indonesia.com, Jumat (11/11).
Meski dicurigai bergabung dengan kelompok radikal, WNI yang pulang dari Suriah dan Irak tidak bisa ditangkal. Penangkalan hanya berlaku bagi warga negara asing yang bermasalah yang akan masuk.

Imigrasi juga tak bisa mencegah WNI yang akan berpergian ke luar negeri selama dokumen kemigrasiannya lengkap.

"Selama mereka memiliki visa dan alasan yang masuk akal, Ditjen Imigrasi tidak bisa mencegah seseorang pergi ke luar negeri," ujarnya.

Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menyebut ada 53 WNI yang baru pulang dari Suriah dan Irak. Diduga kuat mereka berperang bersama ISIS di sana sehingga keberadaan mereka diawasi ketat.

Selain mengawasi, pemerintah menurut Wiranto juga ingin menyadarkan mereka dari pemahaman radikal. Namun perlakuan khusus akan tetap diberlakukan bagi mereka yang dianggap memiliki pendirian keras atas ideologinya.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komisaris Jenderal Suhardi Alius menyebut setidaknya ada 500 WNI yang berangkat ke Irak dan Suriah untuk bergabung dengan ISIS.

Sekitar 70 orang di antaranya sudah tewas di sana. Sementara 53 orang lainnya telah kembali ke Indonesia. Keberadaan mereka patut diwaspadai karena bisa menjadi masalah.

Suhardi mengatakan, ISIS saat ini sedang terdesak di Irak maupun Suriah. Para pendukung kelompok radikal ini diminta bertindak di negara masing-masing ketika mereka tidak bisa memberikan bantuan secara langsung.

"Ketika ISIS terdesak di Mosul (Irak), ada perintah untuk bertindak di negaranya masing-masing kalau memang tidak bisa berangkat (ke Irak dan Suriah)," kata Suhardi.

Selain mengawasi mereka yang sudah pulang, BNPT juga mencegah mereka yang akan pergi ke negara konflik itu di pintu-pintu keberangkatan. Menurut Suhardi, sejumlah WNI sudah lebih dulu ditangkap atau diproses hukum sebelum berangkat ke Suriah. (sur/asa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER