Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membidik raihan tiga medali emas di ajang International Junior Science Olympiad (IJSO) ke-13 yang diikuti oleh 48 negara peserta di dunia.
Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Kemendikbud, Supriano mengatakan, sebagai tuan rumah pada ajang Olimpiade Sains kali ini, kepercayaan Tim Olimpiade Sains Tingkat SMP Indonesia merebut emas kian besar.
"Sebagai tuan rumah, kami optimistis siswa Indonesia bisa meraih prestasi lebih baik dibandingkan tahun lalu di Korea Selatan yang hanya memenangkan dua medali emas. Karena siswa tak perlu melakukan penyesuaian lingkungan lagi," ungkap Supriano di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Sabtu (3/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun begitu, bidikan tiga medali emas rupanya tak mudah bagi Indonesia. Pasalnya, bayang-bayang persaingan dari negara-negara lain sangat besar, terutama dari Taiwan dan China.
Untuk itu, Tim Olimpiade Sains Tingkat SMP Indonesia dibekali dengan berbagai tes, berupa pilihan ganda, teori, dan praktik atau eksperimen dari empat bidang sains yang dilombakan, yakni Biologi, Fisika, Kimia, dan Matematika.
Secara teknis, beberapa bulan yang lalu, sebanyak 30 siswa tingkat SMP dijaring dari seluruh pelosok Indonesia untuk menjalankan tahap seleksi I selama dua minggu.
Hasilnya, terpilih 15 siswa yang kemudian diseleksi kembali, setelah diberi pelatihan selama satu bulan sebanyak 12 siswa. Barulah, 12 siswa tersebut masuk ke Tim Olimpiade Sains Tingkat SMP Indonesia dan akan berkompetisi di IJSO ke-13.
Gede Aryana Saputra (13 tahun), peserta IJSO asal Indonesia mengungkapkan, dirinya optimis mampu meraih medali emas untuk Indonesia di olimpiade bertaraf internasional ini.
"Targetnya medali emas, kalau bisa 12 peserta dari Indonesia meraih 12 emas. Kemudian, semoga juga menang kategori negara terbaik," ujar Gede optimis.
Dengan bidikan ini, siswa yang bersekolah di SMP Negeri 3 Denpasar ini mengatakan, telah mempersiapkan diri semaksimal mungkin melalui persiapan yang diberikan Tim Olimpiade Sains Indonesia dan persiapan pribadi, seperti menambah jam belajar.
Pasalnya, Gede menyadari, lawan yang harus dihadapinya tidaklah mudah, terutama di bidang ilmu yang diikutinya, yakni untuk bidang Fisika. Adapun, Gede menyebutkan, lawan terberatnya adalah Taiwan dan China.
"Lawan terberat itu Taiwan dan China. Tahun lalu saja mereka dapat enam medali emas dari enam peserta. Nah, kita juga ingin seperti itu," imbuh Gede.
Sementara itu, Joan Nadia (14 tahun), peserta IJSO yang berasal dari SMP IPK Tomang, Jakarta menyebutkan, dirinya tak terlalu memusingkan target medali emas. Namun, lebih mengutamakan hasil yang terbaik.
"Saya tidak terlalu ambisius dengan target dan pesaing. Yang penting memberikan yang terbaik. Walau katanya Taiwan dan Singapura itu berat ya," ujar Joan.
Dari segi persiapan, Joan mengatakan, selain menambah waktu belajar, dirinya juga mempercayakan doa dari kedua orang tuanya.
"Kedua orang tua juga mendoakan, sebelumnya juga saya sering berdiskusi dengan mereka, terkait pelajaran dan latihan jelang IJSO," tutupnya.
Sebagai informasi, sebanyak 276 peserta dari 48 negara peserta akan memulai kompetisi sains yang terdiri dari tiga bidang, yakni Biologi, Fisika, Matematika, dan Kimia untuk siswa setingkat SMP atau maksimal berumur 15 tahun.
Adapun 12 peserta dalam Tim Olimpiade Sains Tingkat SMP Indonesia, yakni Albert Sutiono, Aditya David Wirawan, Arkananta Rasendriya, Epafroditus Kristiadi Susetyo, Gede Aryana Saputra, Hanif Ahmad Jauhari, Joan Nadia, Nixon Widjaja, Raymond Valentino, Tanya Nuhaisi Wulandari, Tomotius Jason, dan Wiston Cahya.
(gir)