Jakarta, CNN Indonesia -- Detasemen Khusus 88 Anti Teror Mabes Polri bersama Polres Tasikmalaya menangkap terduga teroris perempuan berinisial TS alias UA yang diduga menjadi bagian dari jaringan teroris Bekasi yang ditangkap Sabtu pekan lalu. Dengan penangkapan TS, maka Densus total sudah meringkus 11 terduga teroris jaringan Bekasi.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan, TS ditangkap pada Kamis 15 Desember 2016, sekitar pukul 04.30 WIB di rumah kontrakan di Jalan Padasuka, Babakan Jawa, RT 03 RW 10, Kota Tasikmalaya.
"Ada 11 orang yang diamankan, mereka teridentifikasi satu jaringan," kata Boy, kemarin, seperti dilansir dari
Antara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polisi menyebut TS satu jaringan dengan kelompok teror di Bekasi yang berbaiat pada ISIS dan ditangkap pada Sabtu pekan lalu. Saat itu, Densus 88 menangkap tiga terduga teroris MNS (26), AS (36), dan DYN (27) di tempat terpisah.
MNS dan AS ditangkap di Jalan Layang Kalimalang, Bekasi, Jawa Barat. Sementara DYN ditangkap di rumah kontrakan di Jalan Bintara Jaya 8, Bekasi.
Dalam kasus ini, MNS berperan sebagai pemimpin jaringan. Ia merekrut DYN, AS, Suyanto, dan KF secara langsung serta menerima kiriman sejumlah dana dari terduga teroris ISIS asal Indonesia, Bahrun Naim.
Suyanto yang bekerja sebagai petani berperan menyediakan tempat tinggalnya sebagai lokasi proses perakitan bom. Berangkat dari rumahnya, Suyanto mengantar bom tersebut ke pom bensin di dekat waduk di Karanganyar untuk diserahkan ke MNS dan AS.
Sementara Agus Supriyadi (AS) alias Agus bin Panut Harjo Sudarmo, berangkat ke Bekasi bersama MNS menggunakan sebuah mobil yang telah disewa di rental untuk mengirim bom yang mereka telah terima dari tangan Suyanto.
Suyanto (40) alias Abu Iza alias Abu Daroini Bin Harjo Suwito berhasil ditangkap di daerah Sabrang Kulon Matesih, Kabupaten Karanganyar, Solo, Jawa Tengah pada Sabtu (10/12) malam.
Terduga lain, Dian Yulia Novi (DYN) alias Ayatul Nissa Binti Asnawi, merupakan ibu rumah tangga yang diproyeksikan sebagai calon "pengantin" aksi bom bunuh diri.
Pada hari selanjutnya, Minggu (11/12), Densus 88 kembali menangkap tiga terduga teroris jaringan MNS. Mereka adalah KF (22), APM (25), dan WP (24) .
Ketiganya ditangkap di tiga tempat berbeda. Terduga berinisial KF ditangkap di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur; APM di Solo, Jawa Tengah; WP di Klaten, Jawa Tengah.
Khafid Fatoni (KF) alias Toni bin Rifai adalah seorang mahasiswa yang berperan membuat bahan peledak TATP di rumahnya di Ngawi. Dalam kegiatannya itu, KF mendapat panduan dari Bahrun Naim yang merakit bom bersama MNS di kediaman Suyanto.
Boy Rafli menuturkan, panduan tersebut diperoleh FK melalui komunikasi internet. "KF sering berkomunikasi dengan Bahrun Naim," ujarnya.
Sementara Arinda Putri Maharani (APM) alias Arinda Binti Winarso (25), merupakan ibu rumah tangga yang menerima sejumlah dana untuk proses perakitan bom.
Adapun Wawan Prasetyawan (WP) alias Abu Umar Bin Sakiman (24) adalah seorang buruh bangunan yang perannya menyimpan bahan peledak atas perintah MNS.
"Dari hasil pengembangan penangkapan Wawan, ditangkap tiga orang terduga teroris lainnya," imbuhnya.
Boy menyebutkan, tiga orang tersebut adalah Imam Syafii (33), Sumarno (44), dan Sunarto (30). Imam Syafii ditangkap lantaran diduga terindikasi sebagai pelaku teror di toko Alfamart.
Sementara Sumarno ditangkap di Klaten. Kemudian terduga teroris selanjutnya, Sunarto, asal Karanganyar, Jawa Tengah, diduga sebagai pelaku teror di Candi Resto, Solo Baru pada 3 Desember 2016.
Total, dalam kurun sepekan sejak penangkapan teroris di Bekasi, Densus 88 telah meringkus 11 orang yang diduga terlibat dalam jaringan Bekasi.