Desa Pandu, Harapan Baru Korban Banjir Manado

Priska Sari Pratiwi | CNN Indonesia
Minggu, 05 Feb 2017 11:24 WIB
Dua tahun lebih tak punya tempat tinggal, 1.000 kepala keluarga korban banjir bandang Manado bisa bernafas lega setelah pemerintah pusat merelokasi mereka.
Desa Pandu, kawasan relokasi korban banjir bandang Kota Manado. (CNN Indonesia/Priska Sari Pratiwi)
Manado, CNN Indonesia -- Masih terekam jelas dalam ingatan Nita Nonto (47 tahun) saat banjir bandang menerjang rumahnya pada 2014 silam. Saat itu air meluap sekitar enam meter di bantaran sungai. Kepanikan melanda Nita dan sejumlah tetangganya yang tengah beraktivitas pada siang hari itu. Warga berlarian tak sempat membawa harta benda. Rumah Nita yang terletak di daerah aliran sungai Sawangan, Kota Manado, Sulawesi Utara, turut hanyut terbawa air.

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Manado tahun 2014 mencatat, sebanyak 101 rumah hanyut, 18 orang meninggal dunia, 2 orang hilang, dan 86.355 jiwa atau 25.103 kepala keluarga mengungsi akibat banjir bandang tersebut. Hampir tiga bulan Nita ikut mengungsi bersama anggota keluarganya.

“Dulu banjir besar langsung hilang semua harta terbawa air. Tinggal pakaian di badan saja yang tersisa,” kata Nita kepada CNNIndonesia.com.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wanita yang berprofesi sebagai guru pondok pesantren ini mengaku sempat trauma jika hujan besar datang. Ia khawatir banjir bandang kembali terjadi dan mengahanyutkan semua miliknya seperti tiga tahun lalu.
Saat ini Nita terpaksa menumpang di rumah kerabatnya. Selama dua tahun wanita berkacamata ini tak punya tempat tinggal sendiri. Harga sewa rumah yang makin mahal di Kota Manado membuatnya berpikir ulang untuk mencari tempat tinggal.

Namun sejak Januari 2017, Nita bisa bernafas lega. Ia menjadi salah satu korban banjir bandang yang direlokasi ke Desa Pandu, Kecamatan Bunaken, Kota Manado. Nita bersama 1.000 kepala keluarga lainnya menempati hunian tetap di bekas lahan milik pemerintah kota Manado di Desa Pandu.

Berjarak satu jam dari Kota Manado, Desa Pandu terletak di lereng bukit dengan jalan yang cukup berkelok untuk mencapainya. Struktur tanah yang menanjak membuat hunian warga dibangun dengan berundak dilengkapi taman kecil di depannya. Tak terlalu luas memang, hanya ada ruang tamu sekaligus ruang keluarga dan dua kamar tidur dengan kamar mandi di bagian belakang rumah.

“Tapi masih bersyukur kami punya tempat tinggal, gratis pula,” ujar Nita.
Desa Pandu, Harapan Baru Korban Banjir ManadoSuasana Desa Pandu, kawasan relokasi korban banjir Manado. (CNN Indonesia/Priska Sari Pratiwi)
Nita hanya perlu membayar biaya listrik dan air tiap bulan. Ia makin semringah kala menerima bantuan isi hunian tetap. Setiap kepala keluarga memperoleh bantuan pembelian kebutuhan peralatan rumah tangga senilai Rp3 juta. Selain bantuan isi hunian tetap, pemerintah pusat juga memberikan paket sembako untuk 1.000 kepala keluarga dan santunan ahli waris pada empat korban meninggal.

Relokasi ini merupakan tahap pertama dari dua tahap yang direncanakan. Targetnya, ada 2.054 kepala keluarga yang direlokasi.

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan, korban banjir bandang dapat memulai hidup baru di tempat tersebut dan melupakan kejadian yang menimpa mereka.

“Suasana di tempat ini bagus, udaranya sejuk. Semoga bapak ibu betah dan kerasan tinggal di sini,” kata Khofifah saat menyerahkan bantuan langsung di di Desa Pandu.
Bukan perkara mudah mencari lokasi baru untuk ditempati korban banjir di Manado ini. Ia membandingkan dengan pencarian relokasi bagi korban bencana alam erupsi Gunung Sinabung dan Purworejo. Hingga berbulan-bulan pemerintah kesulitan karena ketiadaan lahan untuk membangun hunian tetap bagi para korban.

Oleh karena itu, ia mengaku senang dengan kondisi hunian tetap di Desa Pandu. Udara yang masih segar dengan pemandangan berlatar hijau, menurut Khofifah, menjadi aset besar bagi korban banjir bandang. Ia menilai tempat itu bisa menjadi lokasi wisata bagi orang-orang dari Kota Manado maupun di luar Manado.
Desa Pandu, Harapan Baru Korban Banjir ManadoSuasana Desa Pandu, kawasan relokasi korban banjir Manado. (CNN Indonesia/Priska Sari Pratiwi)
Tercetus di benak Khofifah membuat Desa Pandu dengan slogan ‘Kota Mandiri Pandu Bunaken’. Menurutnya, para korban banjir bandang bisa berkreativitas dengan membuat produk unggulan yang khas dari Desa Pandu. Hal ini diyakini mampu membuat para korban banjir yang mayoritas berdagang dan wiraswasta makin mandiri.

“Tidak mendahului pemerintah Kota Manado, tempat ini akan menjadi ‘Kota Mandiri Pandu Bunaken’. Kita buat produk unggulan dari Desa Pandu, orang dari Kota Manado tentu juga senang wisata ke sini karena kaya oksigen,” ucapnya.

Meski demikian, akses jalan yang sulit dan lokasi yang jauh dari fasilitas publik menjadi hal yang dikeluhkan korban banjir.
Dalam kesempatan yang sama, Wali Kota Manado Vicky Lumentut berniat memperbaiki akses jalan menuju Desa Pandu. Ia juga berjanji membangun sejumlah fasilitas publik mulai dari sekolah, masjid, gereja, pasar, hingga layanan kesehatan di desa tersebut.

“Nanti kami bangun fasilitas publik bagi warga, sehingga tidak jauh kalau mau ke mana-mana. Kami akan siapkan juga jalur angkutan baru ke luar kota,” katanya.

Pernyataan Vicky mendapat sambutan meriah dari para korban banjir bandang. Nantinya akan akan ada 1.054 kepala keluarga lagi yang direlokasi ke Desa Pandu. Seperti Nita, para korban banjir bandang lainnya berharap bisa melanjutkan hidup lebih baik.

Ada harapan dari tempat tinggal baru di Desa Pandu. (sur)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER