Jakarta, CNN Indonesia -- Meski banjir di Cipinang Melayu, Jakarta Timur, hari ini telah surut, namun warga yang mengungsi di Universitas Borobudur memilih bertahan. Tercatat ada 1.053 warga yang mengungsi di sini karena rumahnya terendam sejak Minggu (19/2) lalu.
Warga takut banjir kembali menggenangi rumah mereka. Info yang mereka terima, hujan masih akan terus turun sehingga membuat sungai meluap.
"Enggak berani, tadi pagi lihat ke sana (rumah) tapi balik lagi karena katanya mau hujan dan banjir lagi," kata salah seorang warga, Dedi Mustaqim saat ditemui
CNNIndonesia.com di pengungsian, Rabu (22/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dedi menuturkan, rumahnya tergenang hingga ketinggian 1 meter. Semua perabotannya terendam. Karena tak mungkin lagi tinggal, ia memilih mengungsi bersama keluarganya.
Warga lain di pengungsian, Laras, juga masih takut pulang. Ia mengaku masih trauma dengan tingginya air. "Belum berani kalau tidur di rumah, banjirnya seram, rumah sampai penuh (air)," kata Laras.
Namun ia mengaku bingung jika harus berlama-lama di tempat penampungan. Pasalnya, harta benda di rumah juga harus dijaga.
 Warga mulai membersihkan rumahnya dari lumpur sisa banjir. (CNN Indonesia/Tiara Sutari) |
Untuk menyiasatinya, ia bergantian dengan suaminya untuk sekadar menengok rumah.
"Suami pulang ke rumah saya di posko, atau saya yang pulang suami di posko, cuma untuk mengamankan barang," ujarnya.
Namun ada juga warga yang nekat kembali ke rumahnya. Edi Darusiswanto salah satunya. Edi memilih pulang untuk membersihkan rumahnya dari lumpur sisa banjir. Sementara istri dan anaknya masih tinggal di pengungsian.
Edi memilih pulang karena rumahnya berlantai dua. Ia memanfaatkan lantai dua rumahnya yang tidak tergenang untuk tinggal.
Meski berani pulang, ia mengaku masih was-was akan datangnya banjir lagi. Luapan sungai yang jadi penyebab banjir kali ini lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya.
"Biasanya semata kaki, tapi kemarin tiba-tiba lantai satu sudah penuh air, kami kaget langsung ikut evakuasi kemarin," kata Edi.
Karena trauma itulah anak dan istri dimintanya untuk bertahan di pengungsian. Sementara ia pulang untuk membersihkan rumah sambil menjaga harta bendanya.
"Kalau banjir datang lagi, mereka (anak dan istri) aman di pengungsian," kata dia.
Sementara itu Kepala Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei yang ditemui di pengungsian Universitas Borobudur mengatakan, wilayah yang berpotensi banjir terus dipantau.
Pemantauan dilakukan agar nanti jika banjir datang lagi, penanganan pada korban bisa dilakukan secepat mungkin.
Ia berharap, banjir segera surut sehingga warga bisa kembali ke rumah. Menurutnya, berlama-lama di pengungsian bisa berdampak buruk bagi kesehatan warga.
"Makanya ini harus secepatnya selesai, karena sangat tidak baik warga berlama-lama tinggal di kondisi bencana dan kondisi darurat seperti ini. Kami antisipasi untuk banjir susulan yang kemungkinan bisa datang," kata Willem.
(sur/obs)