LAPORAN KHUSUS

Merangkul Semen, Memutar Garis Hidup

CNN Indonesia
Rabu, 12 Apr 2017 08:02 WIB
Situasi antarwarga sekitar pabrik dan penambangan PT Semen Indonesia panas setahun belakangan. Keributan yang berkelindan dengan kekerasan fisik nyaris terjadi.
Warga pendukung pabrik semen menilai, dana CSR PT Semen Indonesia bisa dinikmati warga, termasuk untuk program Kejar Paket C. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Rembang, CNN Indonesia -- Penduduk Rembang terbelah. Kehadiran PT Semen Indonesia (Persero) Tbk memunculkan dua pilihan: pro atau kontra.

Budi Riswanto sejak awal paham, sebagian masyarakat akan menganggapnya pengkhianat. Sikapnya berseberangan dengan sebagian besar petani di bawah kaki Pegunungan Kendeng yang berupaya keras mengusir industri semen.

Budi adalah warga Desa Kadiwono, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Katalisator utama dukungan pemuda lokal untuk perusahaan semen pelat merah itu tinggal sekitar 3 kilometer dari pintu masuk pabrik PT Semen Indonesia.

“Rembang dari dulu digolongkan kabupaten miskin. Ketika ada rencana pendirian pabrik semen, saya senang sekali,” ujar Budi kepada CNNIndonesia.com di pekarangan rumahnya, pekan lalu.
Budi menganalogikan pro dan kontra terhadap kehadiran industri semen di Rembang seperti ritus religius yang berbeda dalam agama yang sama. “Ada yang salatnya sekali, ada yang lima kali,” tuturnya.

Pegiat panjat tebing itu mengatakan, ia tidak buta terhadap isu lingkungan yang menyertai kedatangan PT Semen Indonesia. Tapi Budi yakin, perusahaan itu akan merealisasikan janji mereka untuk merevitalisasi kelestarian alam pascapenambangan.

“Kalau Semen Indonesia tidak memenuhi janji itu, saya akan lebih hebat menolak semen daripada mereka yang sekarang gembar-gembor menyatakan penolakan,” ujarnya.

Seorang bocah berlatih upacara bendera di SD Negeri Kadiwono, Tegaldowo. Rembang. Sebanyak 95 persen warga di sekitar pabrik semen mendukung berdirinya pabrik. (CNN Indonesia/Andry Novelino)Seorang bocah berlatih upacara bendera di SD Negeri Kadiwono, Tegaldowo. Rembang. Sebanyak 95 persen warga di sekitar pabrik semen mendukung berdirinya pabrik. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Dalam sejumlah peristiwa, Budi berdiri di baris paling depan kelompok pendukung semen. Di lapangan, mereka kerap berhadapan dengan gerakan penolak semen yang bersatu dalam Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK).

Februari lalu misalnya, Budi berada di tapak pabrik Semen Indonesia tatkala keributan yang diwarnai saling bakar tenda terjadi. Ia juga memegang komando ketika kelompok pro berupaya menghadang aksi gerakan penolak semen.

Budi berkata, situasi antarwarga sekitar pabrik dan penambangan PT Semen Indonesia panas setahun belakang. Keributan yang berkelindan dengan kekerasan fisik nyaris terjadi.

Namun ia bersyukur, otak yang panas tak sampai membakar nalar rekan-rekannya. Ia yakin, tidak ada korban jiwa yang gugur pada konflik semen Rembang.
Di luar konteks perselisihan antarwarga, Budi secara langsung merasakan dampak sosial kehadiran Semen Indonesia. Omset penjualan depo air mineralnya meningkat karena sejak setahun terakhir ia rutin menyuplai kebutuhan air minum para pekerja pabrik.

“Saya juga dapat pinjaman dari pabrik untuk membesarkan usaha. Saya pinjam Rp25 juta dengan suku bunga 0,5 persen selama dua tahun,” kata Budi.

Kepala Seksi Pemerintahan Desa Kadiwono, Supendi, merasakan pula yang dikatakan Budi. Persis di sebelah rumahnya yang berbahan semen dan batu, ia membangun indekos bertarif Rp2,5 juta per kamar.

Saat tahap pendirian pabrik PT Semen Indonesia berlangsung, 22 pekerja yang rata-rata berasal dari Jawa Timur menyewa empat kamarnya. Supendi mengklaim, nilai ekonomi yang diraupnya dari usaha indekos lebih besar dibandingkan pendapatan dari sawah dan ladang.

“Bertani itu tidak ada labanya. Luas sawah saya 1,8 hektare, sekali panen dapat 60 sak. Dibandingkan modal yang saya keluarkan, hasil itu tidak ada labanya,” ucapnya.

Desa Kadiwono sepintas terlihat berbeda dibanding Tegaldowo, kampung yang berada di lingkaran utama kawasan penambangan PT Semen Indonesia. Di Kadiwono, kebanyakan rumah bertembok batu dan semen, sementara tidak sedikit warga Tegaldowo tinggal di rumah joglo kayu beralaskan tanah.

Suasana pabrik PT Semen Indonesia yang belum berproduksi secara maksimal, dari total kapasitas 3,5 juta ton per tahun. (CNN Indonesia/Andry Novelino)Suasana pabrik PT Semen Indonesia yang belum berproduksi secara maksimal, dari total kapasitas 3,5 juta ton per tahun. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Merujuk pemetaan JMPPK, sebagian besar warga Kadiwono tidak berprofesi sebagai petani. Banyak pula di antara mereka yang bukan warga asli Kadiwono meski telah tinggal di desa itu puluhan tahun.

Ismatul Ulfah adalah warga Kadiwono yang pas dengan klasifikasi tersebut. Perempuan berusia 54 tahun itu lahir di Kabupaten Pati. Ia pindah ke Kadiwono pada 1997 ketika suaminya yang asli Purwodadi, Suyitno, dimutasi ke kantor Kepolisian Sektor Bulu.

“Anak saya tiga. Yang pertama bekerja di Primkopol Polres Rembang, yang kedua di pelayaran Banjarmasin, dan yang terakhir masih kelas dua SMP di Bulu,” tutur Ismatul.

Suyitno pensiun dari profesinya sebagai polisi sebelum PT Semen Indonesia masuk ke Rembang. Ketika perusahaan itu membangun pabrik, Suyitno dan Ismatul menyewakan empat kamar indekos bertarif Rp1,2 juta. Sebanyak 32 pekerja pabrik indekos selama setidaknya setahun di tempat mereka.

Suyitno dan Ismatul juga membuka sebuah warung makan yang secara rutin menyediakan makan untuk para pekerja pabrik: sarapan, santap siang, dan makan malam. “Kami berharap mendapat penghasilan sehari-hari. Itulah alasan kami selalu mendukung semen,” ujar Ismatul.

Di Kadiwono, kata Supendi, PT Semen Indonesia kerap menyalurkan bantuan untuk perorangan maupun komunitas. Empat tahun terakhir, perusahaan itu selalu membagikan sembako untuk warga ketika idul fitri dan menyumbangkan sapi saat lebaran haji tiba.

PT Semen Indonesia juga diklaimnya membiayai pembangunan gapura Desa Kadiwono, pemasangan pagar dan paving blok masjid serta menggelar kursus keterampilan masak dan menjahit untuk kaum ibu.

Karyawan pabrik melakukan cek kerja mesin. Permintaan semen di masa mendatang bakal kian meningkat bersamaan dengan besarnya belanja infrastruktur pemerintah. (CNN Indonesia/Andry Novelino)Karyawan pabrik melakukan cek kerja mesin. Permintaan semen di masa mendatang bakal kian meningkat bersamaan dengan besarnya belanja infrastruktur pemerintah. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Supendi berkata, masyarakat desa harus terlebih dulu mengajukan proposal berisi tujuan kegiatan dan rincian rancangan anggaran sebelum menerima dana dari PT Semen Indonesia. Cara serupa ditawarkan korporasi itu kepada warga Desa Tegaldowo, namun bertepuk sebelah tangan.

“Awalnya kami juga menolak semen, tapi setelah melalui beberapa sosialisasi, kami akhirnya setuju. Keberadaan pabrik semen sangat membantu kami,” kata Supendi.

PT Semen Indonesia dan warga Kadiwono, seperti diutarakan Budi Riswanto, saling membutuhkan. Perusahaan membutuhkan dukungan masyarakat lokal berupa tanda tangan dan fotokopi kartu identitas sebagai syarat pengajuan dokumen analisis dampak lingkungan. Sebaliknya, penduduk setempat memerlukan dinamo untuk menggerakkan roda perekonomian.

Simbiosis mutualisme itu dirasakan betul oleh Budi. “Saya masuk-keluar ke pabrik dan bertemu pejabat pabrik semen itu sudah biasa dan gampang. Toh mereka juga membutuhkan saya,” ujarnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER