Jakarta, CNN Indonesia -- Tiga pekan telah berlalu setelah aksi teror pada penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan. Namun polisi belum menetapkan satupun tersangka. "Menemukan titik terang" adalah pernyataan paling maju kepolisian terkait proses penyidikan kasus ini.
Padahal untuk mengungkap perkara Novel, Polri telah membentuk tim khusus. Namun penanganannya masih diserahkan di Polres Jakarta Utara. Penyidik Polda Metro Jaya dan Markas Besar Polri hanya memberikan bantuan.
Pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto mempertanyakan lambannya pengungkapan kasus ini. Ia membandingkan dengan pengungkapan kasus terorisme yang justru bisa cepat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lambannya Polri dalam kasus ini dinilai Bambang bisa mempengaruhi kepercayaan publik.
"Kalau untuk mengungkap kasus terorisme saja cepat, mengapa dalam kasus Novel tidak bisa cepat? Ini memang bukan masalah waktu saja. Tetapi, semakin cepat berarti polisi semakin meningkatkan public trust," kata Bambang kepada CNNIndonesia.com, Selasa (2/5).
Karena itu Bambang berharap polisi bisa lebih serius dalam menangani kasus Novel ini. Jika memang Polres Jakarta Utara tidak mampu menangani kasus ini, ada baiknya ditarik ke Polda Metro Jaya atau ke Badan Reserse Kriminal Mabes Polri.
"Polisi punya perangkat, ada Detasemen Khusus 88 Antiteror, ada intelijen keamanan, ada Bareskrim. Kalau masih kurang, bisa minta bantuan aparat yg lain. Kalau serius ya ditarik ke Bareskrim," ujarnya.
Sebelumnya Wakil Kapolri Komisaris Jenderal Syafruddin menyatakan penyidikan kasus penyiraman air keras terhadap Novel, mulai menemukan titik terang.
 Polisi belum menetapkan satupun tersangka dalam perkara penyiraman air keras pada Novel Baswedan. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar) |
Dia mengatakan, penyidik Polres Jakarta Utara dibantu Polda Metro Jaya dan Bareskirm Polri tengah melakukan investigasi dan segera mengungkap hasil penyidikan kasus Novel.
"Sudah ada titik terang. Saya sudah berkali-kali mengatakan bahwa investigasi, selidiki, ungkap secepatnya," kata Syafruddin.
Namun, saat ditanya lebih detail perihal titik terang yang ia maksud dalam perkembangan penyidikan kasus Novel, mantan Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri itu menolak menjelaskan.
Menurutnya, wewenang menerangkan perkembangan penyidikan kasus tersebut ada di tangan Polda Metro Jaya.
Polisi mengklaim telah melakukan olah tempat kejadian perkara empat kali. Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan mengatakan, olah TKP dilakukan untuk mengumpulkan alat bukti. Selain itu, penyidik juga ingin mencari tahu bagaimana situasi dan sosok orang-orang yang kerap berada di sekitar TKP.
Bahkan, menurutnya, polisi sampai melakukan salat subuh di Masjid Al-Ikhsan, masjid yang biasa digunakan Novel untuk menunaikan salat subuh. Iriawan mengatakan, langkah ini dilakukan guna menganalisis kejanggalan-kejanggalan sebelum aksi teror menyerang Novel.
"Sehingga kami tahu, saat itu ada berapa orang di masjid. Apakah ada orang luar yang salat di sana atau tak seperti lazimnya," kata Iriawan.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, penyidik telah meminta keterangan dari 19 orang yang diduga mengetahui insiden serangan teror terhadap Novel.
Mayoritas saksi yang diperiksa merupakan warga di sekitar tempat tinggal Novel. "Sudah ada 19 orang sampai sekarang (yang dimintai keterangan). (Mereka) dari lingkungan situ, jadi kan ada yang memeriksa yang ada di sekitar masjid, sekitar rumah, di sekitaran masuk gang rumahnya korban," kata Argo.
Berdasarkan kronologi kejadian dari kepolisian, aksi teror menyerang Novel pada Selasa (11/4) sekira pukul 05.10 WIB. Saat itu, Novel baru selesai menunaikan ibadah salat subuh di masjid dekat rumahnya, Jalan Deposito Nomor T8, Kelurahan Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Dalam perjalanan menuju ke rumahnya, Novel tiba-tiba diserang. Dua orang orang pengendara motor tidak dikenal menyiram wajahnya dengan air keras. Akibatnya, kemampuan melihat mata Novel menurun hingga di bawah 50 persen. Ia pun terpaksa dilarikan ke salah satu rumah sakit di Singapura untuk mendapatkan perawatan medis.