Jakarta, CNN Indonesia -- Matahari bersinar cukup terik di kawasan Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, hari ini. Penjagaan di Markas Komando Brimob, tempat Ahok ditahan, tak seketat hari-hari sebelumnya.
Hingga pukul 12.00 WIB tadi, hanya ada empat petugas di pos jaga. Jumlah motor trail yang disiagakan juga berkurang menjadi hanya lima motor. Kawat berduri masih tergeletak di jalan.
Penjagaan yang longgar itu berbanding lurus dengan kehadiran para pendukung Ahok. Hanya ada satu-dua orang pendukung Ahok yang masih mendatangi Mako Brimob. Salah satunya adalah Sabri Ramdhani.
Berbeda dengan para pendukung lain yang mayoritas berasal dari Jakarta dan daerah sekitarnya. Sabri tinggal di Balikpapan, Kalimantan Timur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jarak ribuan kilometer antara Balikpapan dan Jakarta tak menyurutkan niatnya untuk memberikan dukungan langsung kepada Ahok.
Sabri datang bersama istri dan dua saudaranya. Sayangnya, mereka tidak diperkenankan menemui Ahok di dalam rutan karena tidak memiliki hubungan darah.
"Belum boleh ditengok. Cuma titip salam untuk Pak Ahok. Titip supaya beliau tetap semangat, jangan patah semangat," tutur Sabri Ramdhani di dekat pintu gerbang Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jumat (12/5).
Sabri tiba di Jakarta sejak kemarin (11/5). Dia mengatakan sengaja datang karena turut prihatin dengan Ahok yang divonis dua tahun penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta atas kasus penodaan agama.
"Dia anti korupsi, tidak KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), kenapa enggak kita bela? Ini pemimpin-pemimpin Indonesia lah," kata Sabri.
Pria berusia 60 tahun ini juga tak menyembunyikan kekagumannya kepada Ahok. Menurut Sabri, selama menjadi Gubernur DKI Jakarta, Ahok banyak melakukan perubahan.
Sabri mengatakan, dirinya intens mengikuti kiprah Ahok lewat pemberitaan di media massa. Dia juga mengaku cukup mengenal Jakarta lantaran pernah tinggal di ibu kota selama 30 tahun.
Perubahan wajah Jakarta, menurut Sabri, terutama terlihat pada aspek kebersihan kota. Meski demikian, ia juga mengapresiasi langkah Ahok dalam menangani masalah banjir dan penerapan e-budgeting dalam pengelolaan APBD Provinsi Jakarta.
"Yang luar biasa lagi sekarang anggaran sudah elektrik, e-budgeting, kemudian menggandeng KPK. Jadi, negara ini akan lebih baik," tuturnya.
Ali SadikinSabri lalu membandingkan Ahok dengan mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.
Menurutnya, hanya Ali Sadikin dan Ahok yang mampu mengubah wajah Jakarta secara signifikan. Keberhasilan kedua tokoh itu mengubah wajah Jakarta ke arah yang lebih baik, menurut Sabri, lantaran sama-sama memiliki ketegasan dan kejujuran.
"Jakarta enggak mungkin (bisa) dipimpin orang yang enggak keras. Keras, berani, dan tegas. Bang Ali juga begitu," kata Sabri.
Sabri bersama keluarga tidak berencana kembali menemui Ahok di dalam tahanan. Meski gagal, ia menyatakan tidak kecewa atau merasa sia-sia menempuh jarak ribuan kilometer hanya untuk bertemu Ahok.
Esok, rencananya dia langsung pulang ke Balikpapan, Kalimantan Timur.