Kenangan Kusmiyati akan Anaknya yang Hangus saat Kerusuhan 98

CNN Indonesia
Sabtu, 13 Mei 2017 12:31 WIB
Cerita duka 19 tahun silam itu kembali membayang di kepalanya saat berkunjung ke Mall Citra Klender, yang dulunya adalah Yogya Plaza, tempat kerusuhan terjadi.
Cerita duka 19 tahun silam itu kembali membayang di kepalanya saat berkunjung ke Mall Citra Klender, yang dulunya adalah Yogya Plaza, tempat kerusuhan terjadi. (Foto: CNN Indonesia/Bimo Wiwoho)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dari Mall Citra Klender, Jakarta Timur, matahari mulai beranjak naik. Pusat perbelanjaan yang dulu bernama Yogya Plaza itu pun belum ramai saat Kusmiyati (54) dan beberapa orang temannya berkunjung. Bukan untuk berbelanja atau suka cita, tapi sebaliknya. 

Cerahnya pagi seolah mendadak kelam kelabu saat Kusmiyati mengingat apa yang terjadi 19 tahun silam. Dia tak kuasa menahan tangis saat ditanya apa yang terjadi saat itu. Kesedihan yang membalut perasaan membuat Kusmiyati terbata-bata saat bercerita.

Merunut kembali ke masa silam, tepatnya pada 14 Mei 1998, terjadi kerusuhan di Yogya Plaza. Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) mencatat ada 488 jiwa yang meninggal dunia dalam insiden tersebut. Termasuk anak Kusmiyati yang bernama Mustofa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mulanya, Kusmiyati sangat cemas karena Mustofa tidak kunjung pulang sejak meminta izin untuk memancing. Kemudian tiga hari berselang, Kusmiyati mendapat kabar yang membuatnya terkejut bukan kepalang.

Dia diminta mendatangi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk mengambil anaknya. Benak Kusmiyati bergemuruh seraya bertanya-tanya, apa yang terjadi pada anaknya. Setelah tiga hari tidak pulang, mengapa anaknya berada di rumah sakit? Bukankah seharusnya berada di kantor polisi?

Kusmiyati berusaha menepis pertanyaan-pertanyaan ganjil yang berlalu-lalang di kepalanya. Dia hanya ingin datang ke rumah sakit untuk mengetahui kondisi anaknya secara langsung.

Kusmiyati tidak bisa menahan isakan tangis saat bercerita tentang kondisi Mustofa yang ditemuinya di rumah sakit.

"Anak saya gosong dari kepala sampai kaki seperti kambing guling," tutur Kusmiyati seraya menitikkan air mata.

Dia begitu terpukul. Bagaimana tidak, Mustofa baru berusia 14 tahun dan masih mengenyam pendidikan di bangku SMP. Terlebih, Mustofa pun anaknya yang pertama.

Belum selesai berduka meratapi nasib anaknya, Kusmiyati kembali diterpa masalah. Pihak rumah sakit meminta Kusmiyati menanggung biaya autopsi Mustofa yang hangus dilalap api.

Kusmiyati tidak tahu harus berbuat apa. Dikatakannya, dia tidak mampu membayar biaya sesuai dengan nominal yang diminta rumah sakit.

"Di rumah sakit saya diminta uang. Waktu itu saya cuma punya uang Rp50 ribu," kata Kusmiyati yang benaknya masih diselimuti kesedihan.

Akhirnya, berkat bantuan banyak pihak, Kusmiyati diperbolehkan membawa pulang anaknya untuk dimakamkan.

Bantuan pemerintah 

Kusmiyati lalu menaburkan bunga di sekitar Mall Citra Klender dengan diawali lantunan doa. Meski sudah 19 tahun berselang, kenangan sedih tentang anaknya masih menjerat benak Kusmiyati yang kini telah berusia lanjut.

Kusmiyati lalu meminta kepada pemerintah agar memperhatikan kondisi keluarganya. Dia mendambakan santunan berupa uang untuk melanjutkan hidupnya.

Kusmiyati mengaku sudah pernah didatangi oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot Syaiful Hidayat yang kini menggantikan Ahok. Dia sangat bersyukur karena biaya sewa dan perawatan makam Mustofa akan ditanggung oleh Pemprov DKI Jakarta.

"Kata Pak Djarot, bulan depan SK (Surat Keputusan) akan dikeluarkan. Saya bersyukur banget karena saya sudah nunggak enam bulan dan jenazah anak saya bakal ditumpuk dengan jenazah yang lain," kata Kusmiyati.

Tragedi yang terjadi di Yogya Plaza, Klender merupakan salah satu titik terparah akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia sepanjang tahun 1997-1998.

Kala itu, massa menjarah berbagai barang karena tidak memiliki daya beli yang cukup untuk menyambung hidup. Ditambah begitu maraknya pemutusan hubungan kerja di berbagai lini ekonomi, sehingga masyarakat menjadi pusing bagaimana membeli nasi untuk dimakan.

Naas, para penjarah di Yogya Plaza terkurung di dalam gedung yang dibakar oleh oknum tidak bertanggung jawab. Pintu keluar dikunci sehingga orang-orang yang berada di dalam tidak memiliki pilihan lain, antara terjun dari lantai dua, atau mati terpanggang di dalam gedung. Diketahui setelah kerusuhan mereda, ada 174 orang meregang nyawa di Yogya Plaza .
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER