Cerita Fiera, Dokter dari Solok yang Dituding Hina Rizieq

CNN Indonesia
Jumat, 02 Jun 2017 10:20 WIB
Fiera tak menduga statusnya di Facebook berbuntut panjang. Bukan cuma dihina dengan kata-kata kasar, dokter RSUD Solok ini juga diancam dibunuh.
Dalam postingan status Facebook, Fiera mengkritik Rizieq Shihab terkait kasus pornografi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Setelah memposting surat permintaan maaf kepada FPI di Facebook, sejam kemudian, kata Fiera, laman akunnya diberondongi oleh foto lama ia dan anak-anaknya. Pelaku juga mengedit fotonya secara vulgar dan ditambahi kata-kata tak senonoh.

"Bukannya menjadi reda, mereka malah memaki-maki saya dan menjadi-jadi," katanya.

Rabu, 23 Mei 2017, ia kembali dikontak dari RS Solok untuk meminta ia segera ke kantor.Di sana, kata Fiera sudah menunggu banyak orang berjubah putih yang didampingi polisi. Tiba di RS Solok, ia menemui dokter Elfahmi. Pimpinannya itu, kata Fiera meminta agar patuh pada keinginan FPI agar selamat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ditemani dua staf, ia kemudian menemui seorang dokter bernama Epi. "Dia marah besar dan melotot, menunjuk-nunjuk saya. Beliau kesal karena saya membawa masalah bagi RS," ujarnya.
Tak lama ia dipertemukan dengan massa FPI itu di sebuah ruangan. Di sana sudah menunggu sejumlah tokoh FPI Sumbar, Kapolresta Solok Komisaris Darto, Kasat Intel Ridwan dan jajaran RS Solok. Intinya, kata Fiera ia diminta untuk tidak mengulangi lagi.

"Saya mengucapkan hal tersebut dengan terbata-bata, menahan tangis karena Dibawah tekanan polisi," ceritanya.

Setelah itu, FPI kembali menceramahi dia. Intinya, kata Fiera, mereka masih tidak terima dengan apa yang ia tulis di akun Facebook-nya.Ia kemudian diminta surat pernyataan yang ditandatangani oleh beberapa orang yang hadir, kecuali petinggi RS dan Ridwan.

Fiera tak menyangka jika masalahnya itu sudah selesai. Dia menyebut foto pertemuan ia dengan petinggi FPI itu kembali diviralkan di Facebook dengan tambahan kalimat provokatif. Tak hanya itu, kata Fiera, ada juga yang mengancam akan membunuhnya dengan cara yang kejam.

"Mereka menuduh saya sebagai pelacur, penghina ulama. Mereka menuduh saya komunis dan PKI. Mereka menuduh saya murtad, semua caci maki dan ungkapan kebencian mereka tumpahkan ke saya," kata Fiera.

Bentuk teror itu terus berlanjut, kata Fiera. Ia kerap melihat orang mendatangi rumahnya. Ada juga oknum yang bahkan mendatangi rumahnya untuk melampiaskan dendam. Sejauh itu ia masih merasa tak mendapat dukungan dari rekan maupun keluarga.
Pada Jumat 26 Mei ia pun mendatangi Polresta Solok dan menggelar konferensi pers. Namun, malamnya ia menolak hadir saat diminta kembali bertemu dengan jajaran Pemda Solok, tokoh masyarakat, anggota DPRD Solok, pihak RSUD Solok dan FPI.

"Saya lelah karena seharian di Polres," katanya.

Dua hari sesudahnya, Minggu 28 Mei, Fiera didatangi orang yang mengaku dari Kodim Solok. Ia menolak bertemu. Namun sempat mengambil gambar mereka disebutnya selama satu jam lebih tidak beranjak. Kemudian, siangnya ia didatangi polisi. Lagi-lagi ia menolak bertemu.

"Saya lelah secara fisik dan psikis makanya seharian tidak mau bertemu. Untuk alasan keamanan, terutama mengingat dua buah hatinya, Fiera pun memutuskan untuk meninggalkan Solok.

Setelah dibantu oleh koleganya di luar wilayah Sumatera Barat, ia pun terbang ke Jakarta keesokannya. Tak lupa ia memberitahu pihak Polresta Solok, RSUD Solok dan pihak kemanaan kompleks rumahnya.

"Kepala keamanan sempat bersitegang dengan saya karena menilai gara-gara saya kompleks itu sering didatangi orang," ujarnya.

Di kantor LBH didampingi oleh Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia dan beberapa LSM, Fiera kembali meminta maaf dan memetik hikmah dari kejadian yang dialaminya.

"Saya belum memutuskan dan mempunyai rencana ke depan. Namun saya sebagai dokter akan tetap mengabdi untuk masyarakat," kata Fiera.

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER