705 WNI Terkait Terorisme di Irak, Suriah, Filipina

CNN Indonesia
Rabu, 20 Sep 2017 05:59 WIB
Kaum muda yang rentan dengan ideologi radikal harus dibina terutama di keluarga agar tidak mudah bergabung dengan kelompok radikal.
Setyo Wasisto saat konferensi pers tentang bom kampung melayu, beberapa waktu lalu (Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Data Detasemen Khusus 88/Antiteror Polri menyebutkan, sebanyak 705 WNI pernah menjadi bagian kelompok teroris di luar negeri atau foreign terorism fighter (FTF), baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Rinciannya, sebanyak 671 WNI di Irak dan Suriah, 34 WNI di Filipina.

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengatakan, ratusan WNI itu berasal dari berbagai kalangan. Untuk WNI yang berada di Irak dan Suriah terdiri dari 239 pria dan 104 wanita. Sebanyak 99 diantaranya adalah kanak-kanak.

"97 WNI sudah tewas. Kemudian, ada dua orang anak-anak dan 130 orang dewas yang belum teridentifikasi. Jadi total 671 (orang di Irak dan Suriah)," kata Setyo di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (19/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk WNI yang berada di Filipina, Setyo menyebut bahwa mereka terdiri dari 12 pria dan satu wanita. Enam orang lainnya teridentifikasi sudah tewas, enam orang kembali ke Indonesia, dan sembilan orang dideportasi Pemerintah Filipina.

"Totalnya ada 34 WNI," imbuh dia.

Selain itu, data Densus 88 menyebut bahwa ada 105 orang WNI akan berangkat ke Irak dan Suriah. Sebanyak 66 WNI sempat digagalkan keberangkatannya ke Irak dan Suriah. Selain itu, ada 354 WNI yang telah dideportasi oleh sejumlah negara lantaran hendak bergabung dengan kelompok teroris.

Di luar itu, menurut Setyo, ada sebanyak 84 WNI yang telah kembali dari Irak dan Suriah. Sebaliknya, ada 15 warga negara asing (WNA) yang telah masuk ke Indonesia untuk bergabung dengan kelompok terorisme lokal.

Dikutip dari Antara, Anggota DPR RI asal Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Maman Imanulhaq mengingatkan kaum muda untuk tidak mudah terprovokasi ideologi yang menyesatkan, atau digiring untuk mengikuti paham-paham atau kelompok teror yang saat ini meresahkan dunia, seperti kelompok teror ISIS.

Untuk itu kata kang Maman, menjadi tugas orang tua agar selalu menjaga anaknya agar tidak terlibat paham yang selalu menebarkan kebencian, intoleransi dan radikalisme di ruang publik.

Kepada aparat keamanan, Maman yang juga Pimpinan Ponpes Al-Mizan Jatiwangi ini mengimbau agar bersikap tegas menanggapi aksi teror dan penyebaran paham radikal di masyarakat.

"Aparat harus cepat tanggap, jangan lakukan pembiaran jika hal itu terjadi di ruang publik, karena jika aksi dan penyebaran ajaran radikal dibiarkan, teroris akan lebih leluasa bergerak dan melakukan berbagai aksi yang membahayakan nyawa manusia, seperti pembunuhan dan penusukan," tutup Politkus PKB itu.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER